"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

~ Kontrol

By: Titi Yuliaty

Kali ke dua aku membawa cahaya hatiku ke NUH Singapore untuk kontrol. Keberangkatan kali ini harus dipercepat oleh karena salah satu jenis obat yang harus dikonsumsinya habis. Aku sudah berupaya untuk mencarinya dari apotik ke apotik di kotaku, namun tak kutemukan. Kucoba menghubungi sahabat belenkku, kali saja ada dijual di tempatnya namun tak ada respon. Pikirku ia mungkin sangat sibut ataukah sudah tidak peduli lagi padaku, wallahualam. Kuambil kesimpulan untuk segera berangkat.

Provisional diagnosis cahaya hatiku adalah Chronic Tubuulo Interstitial Nephritis. Sesuai dengan scedul dokter, 6 bulan berturut-turut antibodinya akan ditekan agar tidak semakin merusak fungsi ginjal. Oleh sebab itu treatment selama 3 hari setiap bulan, dilakukan dalam isolation room dengan cara menginjeksikan frussemide 40 mg dan methylprednisolone 390 mg ke dalam tubuhnya. Saat ini untuk yang ke 4 kalinya. Masih ada 2 bulan ke depan hal yang sama akan dilakukan, sesudah itu, entah apalagi yang akan dibuat oleh team dokternya.

Aku berharap bahwa dengan treatmen ini fungsi ginjalnya dapat semakin membaik. Sayangnya harapanku sampai saat ini jauh panggang dari api. Dalam kenyataannya, kreatinin dan ureumnya tidak jua mau beranjak dari angka 400 mmol/L. Dari penjelasan dokter yang dapat kusimak, jika kreatinan berkisar antara 600 - 400 mmol/L saja, maka kemungkinan fungsi ginjalnya hanya dapat bertahan 2 tahun. Akan tetap jika sudah sampai naik ke level 800 mmol/L, maka jalan yang terbaik adalah dialisis atau transplantasi.

Sungguh aku tak mengerti rencanaNya. Namun aku percaya Ia tak tinggal diam. Tentu ada maksud indahNya dalam hidupku dan keluargaku. Mungkin juga Ia belum berhenti merajut hidup cahaya hatiku. Bukankah sebelum Ia membentuk cahaya hatiku dalam rahimku Ia telah mengenalnya? Tak ada yang mustahil. Di tengah gema takbir "saudara-saudaraku" menyongsong hari nan fitri malam ini, kubisikkan sepucuk doa kepada Sang Ilahi, memohon campur tanganNya bagi proses kesembuhan cahaya hatiku. Semoga! Selalu ada asa.

~ "Kopi Tiam"

By : Titi Yuliaty

Menunggu result dari Mr. TB yang berjam-jam lamanya sangatlah membosankan bagiku. Untuk menghilangkan rasa jenuh ini, tempat favorit yang selalu yang selalu kukunjungi adalah bangku taman NUH dan food court Kopi Tiam.
Di bangku taman, aku bisa menghirup udara dan bau segar kembang. Mendengarkan gemerisik dedaunan yang bergoyang meliuk-liuk dihembus angin semilir. Laksana symponi yang indah mengalun dalam kalbu tatkala ditimpahi cicit burung yang berterbangan dengan bebasnya, tanpa merasa takut dikejar-kejar manusia. Aku teringat kata captku,” burung-burung dan tumbuhan pun merasa aman di sini, apalagi manusia.” Terkadang aku berkhayal, andai manusia bisa “bebas” berekspressi seperti mereka.

Di food court Kopi Tiam, aku bisamenyaksikan banyak hal. Sembari menikmati sajian khas breakfast Singapore yakni secangkir kopi hitam, 2 btr telur setengah matang dan setangkup roti bakar yang diisi selai kaya, aku bisa menarik pembelajaran berharga menyangkut Human Relation.

Suatu ketika aku menyaksikan hubungan kasih yang luar biasa antara saudara bersaudara di usia senja. Kupikir keduanya pastilah single parent. Beberapa kali aku berjumpa dengan mereka. Si sakit biasanya duduk dengan kursi rodanya di depan meja makan, sedangkan si abang antri untuk membelikan makanan kesukaan sang adik. Memotivasi dan saling menguatkan serta menghiburkan di usia senja, itulah pembelajaran berharga yang bisa kupetik dari mereka.

Kali lain, aku melihat seorang ibu bersama putranya yang duduk dalam kereta dorongnya, tak bisa bergerak jikalau tidak dibantu (sangat banyak keterbatasan fisiknya), namun dengan penuh cinta dan kasih si ibu tetap tersenyum, menyapa dan mengajaknya bercanda. Si anak menyambutnya dengan senyum dan gumaman yang tidak jelas. Aku tahu lewat sorot matanya, si ibu menahan kepedihan yang luar biasa, akan tetapi demi si buah hati, dikuat-kuatkannya dirinya agar tidak "ambruk". Betul kata pepatah “Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang penggala.” Aku terpekur.

Hari ini, aku kembali menyaksikan hubungan cinta kasih 2 sejoli di masa tuanya. Si istri didorong suaminya di kursi rodanya, disuapinya dengan penuh kasih. Jika masih ada makanan yang tersisah, dengan lahap sang suami menghabiskannya. Akh, hubungan yang indah sampai kakek-nenek. Kuberharap kelak jika Tuhan berkenan memberiku usia seperti mereka, captku pun kan melakukan hal yang sama. Kutinggalkan tempat ini dengan seulas senyum dan setumpuk pembelajaran berharga.
Selalu ada asa.

Oh ya, satu hal lagi yang hampir kulupakan, rasa saling menghargai di tempat ini amatlah tinggi. Ketika “berbelanja”, setiap orang entah dokter, perawat, tukang taman, petinggi atau pengunjung lainnya akan tertib mengantri, menunggu giliran. Tak ada saling dorong- mendorong, sikut sana, sikut sini apalagi yang menerobos. Semua tertib, aman dan lancar. Pemandangan yang jarang kusaksikan di "tempatku".

~ Pulang

By : Titi Yuliaty


1 Agustus 2008
Pagi-pagi benar aku bangun dan membangunkan cahaya hatiku, sebab pesawat SQ yang akan membawa kami ke Jakarta berangkat pukul 07.00. Setelah beres-beres, kutinggalkan sepucuk surat untuk Uncle Chan, ucapan trimaksih atas kepedulian beliau selama kami tinggal di rumahnya
Akhirnya tiba di Cengkareng. Legah rasanya, setelah 45 hari di negri orang dengan pergumulan yang sangat berat. Kuhirup dalam-dalam udara kota Jakarta, sekalipun aku tahu polusi di ibukota negaraku ini amat tinggi. Kami lalu meluncur ke IBIS Kemayoran, sebab sore nanti rencana uikut ibadah syukur di rumah saudara.

2 Agustus 2008
Setelah sarapan dan minum obat bagi cahaya hatiku, kami menyempatkan diri jalan-jalan ke Mangga dua. Beberapa pesanan harus dibeli.
12.30
Menuju Bandara Sukarno Hatta
18.30
Tiba di Makassar, kota tempatku berkarya. Alangkah bahagianya, setelah kurang lebih 2 bulan kutinggalkan untuk mendampingi cahaya hatiku dalam perawatan, mengharubiru perasaanku kala menginjakkan kaki kembali bersama dengan cahaya hatiku. Sungguh suatu sukacita yang luar biasa. Sebentar lagi aku kan bertemu kembali dengan dua cahaya hatiku yang kutinggalkan kurang lebih 2 bulan mendampingi kakaknya dalam perawatan. Terbayang di wajahku, senyum ceria mereka menyambut kedatanganku. Aku akan memeluk dan mendekap mereka erat-erat. Aku ingin mereka tahu betapa akupun sangat merindukan mereka.
Mobil yang menjemputku merangkak perlahan meninggalkan bandara Hasanuddin. Dalam perjalanan kusampaikan berita ini kepada rekan kerjaku. Dengan sukacita mereka mengundang "rombongan kecilku" untuk mampir sejenak di Jagung Bakar 31 yang kebetulan masih ramai, sebab baru saja acara perpisahan Kepala LAI-Cab Makassar usai. Ah, suatu kepedulian yang luar biasa dari rekan-rekan Majelis Jemaat di jemaat tempat aku melayani ini. Bak seorang anak yang “hilang” dan “kembali”, disambut dengan penuh kasih dan cinta, dijamu dengan sukacita. Terimakasih ibu, trimakasih bapak, trimakasih sahabat, trimakasih saudara, trimakasih semuanya
19.00
Tiba jua di rumah. Dari dalam mobil kulihat si kecilku berdiri di depan pintu menatap penuh harap. Kubuka pintu mobil ini, dan perlahan-lahan kuayunkan langkah kaki ini mendekati mereka. Rasa rindu tak kuasa kubendung lagi, mereka menghambur ke pelukanku. Gadis kecilku hanya mampu berucap, “Mami”; sembari menatapku berlama-lama, lalu menghambur kembali ke dalam pelukanku. Aku tahu betapa mereka pun sangat merindukanku, akan tetapi juga tahu bahwa kepergianku sekian lama adalah untuk mendampingi kakaknya yang sakit. Kepeluk mereka erat-erat, kutumpahkan semua rinduku , serasa tak ingin melepas mereka lagi. Kuhabiskan malam ini bersama ke-4 cahaya hatiku dengan penuh syukur, betapa mereka tetap aman dalam dekapan kasihNya.

3 Agustus 2008
Untuk pertama kali aku beribadah Minggu di jemaat ini, setelah 2 bulan praktis sama sekali tak melakukan aktivitas “pelayanan”. Perjamuan Kudus dipimpin oleh rekan kerjaku. Beberapa hal “baru” dalam berliturgi mulai nampak diterapkan. Pikirku, mungkin hasil seminar liturgi yang dilaksanakan awal Juni yang lalu. Sebagai ketua Tim, aku bersyukur dan merasa “bangga”. Sekalipun tidak dapat mengikuti seminar ini, akan tetapi hasil dan buahnya dapat kunikmati. Tak sia-sialah Pdt. Rasid Rachman dan Pdt. Tikurari menjadi fasilitator.

~ SMS-SMS Menguatkan

By : Titi Yuliaty
Banyak cara yangg dilakukan oleh para sahabat, handai taulan dan keluarga dalam mewujudkan kepedulian, cinta kasih dan perhatian mereka kepada kami kala dalam pergumulan ini. Salah satunya adalah dengan mengirim sms. Selain bertanya soal perkembangan cahaya hatiku, mendokan dan juga memotivasi kami untuk tetap “kuat”. Berikut beberapa sms yg dikirim / diforward kepadaku, kiranya juga memotivasi sipapun yang sedang dalam pertgumulan sepertiku:


* TUHAN memberimu pLangi di stiap badai, senyum di stiap air mata, berkat di stiap Cobaan, Lagu indah di stiap helaian nafas n jawaban di stiap doa.

* Suka duka menimbulkan ketekunan, ketekunan mendatangkan ketahanan, ketahanan melahirkan pengharapan dan pengharapan terlebih kepada Allah tak mengecewakan. Apapun pergumulanmu itu adalah kendaraan untuk mencapai anugrah Allah.

* SaaT hatimu brgelut bmbng n ragu ttplah Trsnyum, saaT htmu gelisah n kwatir ingatlah bhwa DIA ada untukmu dan SaaT hatimu sunyi, sedih, kcw dan terluka ketahuilah bhw DIA adalh k@wan Sejati yg slalu ada untukmu n yg mmpu mmbwtmu Tersenyun b Brkarya

* Seikat Iman Akn Menghadirkan Mujizat. Seikat Harapan M’buat Penantian Yg Panjang Terasa Dekat. Seikat Kasih Membwa Pemulihan yg Indah Dlm Hidup. Seikat Sukacita M’nghadiahkan Tawa &Bhgia. Seikat ketekunan M’beri Akhir Yg Sempurna.

Dlm klelahan kt, Tuhan mjanjix istrht. Dlm klemahan kt, Tuhan mjanjix kkuatan. Dlm kkurangan kt, Tuhan menjanjix kepenuhan berkat.

* Pad4 saat badai menerpa, mungkin Dia tiDak Men9hentikan Badai itu, Tapi Dia memegang tanganmu erat, bahkaN memelKmu samapai BaDai itu berlalu. Smg anak ibu lekas sembuh Tuhan yesus memeberkati sll

* Anugrah hidup kekal sebagai wujud dari pembaharuan yg dikaryakan Allah tdk dapat diperoleh karena usaha atau karena upah.

* Hati yang selalu bersyukur akan diwarnai dengan senyuman sehingga beban yang berat akan akan terasa ringan. Bukan karena ia kuat tapi karena ada Allah yang menopangnya.

* Kesabaran bukan hanya diam ketika diperlaakukan secara tidak adil ttp tetap bersyukur dan memberkati meskipun dikecewakan dan disakiti sambil tetap beriman

* Setiap alami kegagalan, cobalah lagi perbaiki sebisa mungkin berlatilah dan hindarkan diri dari kekuatiran, sebab kekuatiran tidak pernah memperbaiki sesuatu.

* Aku minta kepada Tuhan setangkai bunga segar, tetapi Ia memberi kaktus jelek dan berduri. Aku minta kupu-kupu….. tetapi justru diberi ulat
Aku kecewa dan sedih. Ttp beberapa hari kemudian kaktus itu berbunga indah sekali. Ulat itu menjadi kupu-kupu yg cantik. “ITULAH JALAN TUHAN SELALU INDAH PADA WAKTUNYA
.
* Because of JESUS, we have HOPE 4 tomorrow. CONFIDENCE in the future. LIGHT in our darkness,.REST when we are weary, & LOVE

* Senyum membuat kita tampak manis, berdoa membuat kita tampah kuat, memberi membuat kita tambah kaya, kasih membuat kita mengerti arti kehidupan….

* “IMAN Kpd Yesus M’bwt smuAx M’jD mgKn
“HARAPAN Di dlm Yesus M’bwt sMuax brHsl
“KASIH” DidLm Yesus, M’bwt sMuax inDah pD aKhirx

* Saat qt meletakkan pengharapan qt pada tangan Allah, Dia meletakkan damai sejahteraNya di hati kita.

* Tuhan Tidak menjanjikan jalan Yang Mulus Bagi Kita, Tetapi ia Menjanjikan kekuatan bagi Kita.

* Waktu terus berlalu tetapi kasih setiaNya tetap tuk selama-lamanya

* Qt adlh umat yg dikuduskanNya, sehingga tdk ada pghalang bg qt utk dtg kepdNya kpnpun n dimanapn qt dapat menghampiri Allah yg Maha Kudus

* Kemajuan besar akan dialami seseorang, hanya bila mereka mau mengubah cara berpikirnya. Cara berpikir yg tidak diubah, hasil yg dicapai juga tdk berubahPuji Tuhan utk segala cinta kasihNya bagi nakda Furness. Semoga di Singapore cinta kasihNya semqakin jelas kelihatan

* Terang cahaya mentari pagi bertanda anugerah Allah bagi anak2Nya, jauh lebih besar. Semoga Anakda Furness sll dibawah bungkusan kasihNya

* Mata Tuhan tetap tertuju kepada setiap org yg dikasihiNya. Anak Furness adalah anakNya kiranya kasihNya tetap tertuju senantiasa. Amin

~ Catatan Harian 3

By : Titi Yuliaty Mangape

6 Juli 2008
Di hari Ahad ini, aku berencana beribadah di GPBB (Gereja Presbyterian Bukit Batok). Alamat lengkap sudah aku kantongi. Biasanya klo alamat sudah di tangan, pastilah dapat tiba di tujuan. Tak perlu kuatir berlebihan, tinggal memberi tahu ke sopir taksi, insya Allah diantar tiba di tujuan dengan selamat. Berbekal alamat tersebut dan mengandalkan sopir taksi, kami menyusuri Bukit Batok street. Uphss, akhirnya tiba juga, bertepatan dimulainya ibadah. (Lagi-lagi hampir telat; harap maklum orang baru).
Ibadah dipimpin oleh Pnt. Jonatan Tjhang sebagai Liturgos dan Rev. Nicky Chong dari Wycliffe Bible Translator Singapore sebagai pengkhotba . Tema yang diangkat ialah

“Bahasa:Ujung tombak misi” dari KPR 2:1-13.
Persembahan pujian Paduan Suara dari Jakarta yang akan ikut lomba di Hongkong menyemarakkan ibadah minggu ini.

7 Juli 2008
Sepekan sudah aku menggumuli soal transplantasi bagi cahaya hatiku. Hari ini kuberharap result Mr. TB agak menggembirakan, akan tetapi ternyata tak ada perkembangan yang berarti. Ureum dan kreatininnya tak jua beranjak turun. Aku pusiiiiiing. Tim dokter apalagi. Kucoba mencari informasi ke sana kemari, tetapi tak ada yang memuaskan. Kuhubungi kawan-kawan dan saudara-saudara di tanah air, siapa tahu ada yang bisa membantu. Tetapi ternyata juga tidak. Ahh… Bak di ujung tanduk. Lelah nian rasanya.

8 Juli 2008
Aku terbangun menyambut fajar baru dalam hidupku. Setitik harapan kan kugapai di usiaku yang tidak muda lagi . SMS ucapan Selamat Ulangtahun dari tanah air satu persatu kuterima. Pertama-tama datang dari sahabat belenkku, menyusul adikku, rekan kerjaku, sahabat-sahabatku dan banyak lagi. Tak terasa air mataku menitik, haru biru dan bahagia. Di tengah pergumulanku ini, masih ada yang peduli padaku. Trimakasih Tuhan, Engkau memberiku cinta kasih dan perhatianMu melalui mereka. Trimakasih semuanya.

11 Juli 2008
Result Mr. TB mulai menunjukkan sedikit perubahan meskipun tidak terlalu signifikan. Badannya yang semula “membengkak” sudah mulai “turun”. Aku boleh bernafas sedikit legah.

13 Juli 2008
Ibdah hari Minggu di GPO. Dalam rangkaian bulan misi, Pr Chandra Koewoso mengangkat tema “Injil bagi sekitar kita”, dengan pembacaan Alkitab I Petrus 5:1-4. Di depan gereja, beliau berdoa untuk kami setelah capt menyampaikan kondisi cahaya hatiku. Akhirnya, ada juga orang Indonesia yang mendoakan kami. \


14 Juli 2008
Ureum dan kreatinin, perlahan-lahan turun.

18 Juli 2008

Berat Badan cahaya hatiku sudah mulai turun mendekati angka yang diharapkan, Ureum dan kreatinin juga terus turun

20 Juli 2008
Rencana beribadah jam 09.00 pagi di GPBB akhirnya batal. Sopir taksi yang kutumpangi nyasar. Saat tiba di lokasi, ibadah sudah dimulai setengah jam yang lalu. Kuputuskan pulang saja ke rumah. Hati dongkol dan kesal. Beruntung belum sempatmarah.

Ibadah yang tertunda pagi tadi, kulanjutkan di GPO dalam ibadah jam 14.30. Masih dalam rangkaian bulan Misi Juli 2oo8, tema yang diangkat Minggu ini adalah “Injil bagi bangsa kita” dari pembacaan 2 Kor 8. Firman Tuhan dibawakan oleh Pdt Victor Tinumbuan.

21 Juli 2008
Singapore diguyur hujan. Cuaca yang dingin semakin membuatku menggigil ketika mengetahui bahwa result Mr. TB tidak menggembirakan. Masih terngiang-ngiang di telingaku penjelasan Prof tentang transplantasi. Baik dari segi kelebihannya maupun kekurangannya. Ada kekuatiran dalam dada ini, jangan-jangan prediksi Prof benar dan transplantasi itu harus dilakukan. Aku takut. Benar-benar takut! Bulu kudukku merinding, seluruh tubuhku basah oleh keringat dingin. Membayangkannyapun aku tak sanggup.

23 Juli 2008
Singapore kembali diguyur hujan. Walaupun cuaca dingin, aku harus mengantar cahaya hatiku bertemu Mr. TB. Rencananya hari ini jika semua berjalan normal. Cahaya hatiku akan diisolasi kembali. Untuk yang ke dua kalinya ia akan diinjeksi dengan Methyl Prednisolone. Sopir taksi yang kami tumpangi kali ini sangat familiar tetapi sedikit “rada-rada”. Bagaimana tidak “rada-rada”, ketika kami bertanya soal hujan yang terus mengguyur kota. Ia nyeletuk menjawab, “ Ya…. It`s raining because Jesus is crazy.” Lho koq!? “Rada-rada” bukan?
12.00
Result Mr. TB lagi-lagi tidak menggembirakan. Setelah beberapa waktu bernjak turun, kini naik lagi. Aku panik, ttp Prof mencoba menenangkanku. Kata beliau, “Jangan berpikir negatif dulu, kita akan observasi terus langkah apa yang harus ditempuh., mudah-mudahan dalam beberapa hari bisa turun lagi.”
15.00
Masuk ruang isolasi ward 45.
16.00
Kami harus pindah dari Holland village karena rumah itu akan dihuni lagi oleh orang lain. Kutinggalkan kedua cahaya hatiku di RS, bersama dengan capt aku kembali ke Holland Village berbenah sekalian berpamitan kepada tuan rumah. Kusempatkan menanak nasi dan membuat telur dadar sebagai bekal ke RS sambil menunggu tuan rumah dating. Setelh berpamitan aku diberi cangkir 3 buah katanya siapa tahu berguna. (Tq Ross.) Kami diantar oleh Suami Ross ke Bukit Merah Central, Home stay kami yang kedua.

24 Juli 08
Capt, kembali ke Makassar. Kepanikan kembali terjadi. Pottasium dalam tubuh cahaya hatiku sangat tinggi. Para perawat sibuk mempersiapkan alat. Cahaya hatiku harus dibantu O2. Team dokter berdatangan, menunggu instruksi lebih lanjut dari Prof yang sedang rapat. Lagi-lagi aku tak tahu harus berbuat apa. Sore hari, ketika prof datang tergesa-gesa, semua sudah kembali normal.

25 Juli 2008

Wajah-wajah cerah meliputi semua orang, para perawat dan para dokter tersenyum manis. Akupun gembira, sebab result Mr. TB kali ini sangat menggembirakan. Semua normal kembali ,bahkan kreatinin dan ureumnya juga ikut turun. Dokter berpesan, besok sudah boleh pulang ke home stay.Trimakasih Tuhan


27 Juli 2008
Beribadah di GPBB. Taksi yang kami tumpangi tidak lagi nyasar. Bahkan tiba lebih awal. Ibadah gabungan dan pelayanan Perjamuan Kudus dipimpin oleh Pdt. Ayub Yahya

28 Juli 2008
Sulungku kembali ke tanah air , aku mengantarnya ke Changi dan untuk pertama kalinya aku "belajar" naik MRT

30 Juli 2008
Akhirnya ada juga orang Indonesia yang mengunjungi dan mendoakan kami sekalipun di penghujung kami tinggal di Singapore. Pertanyaan seorang sahabat dari tanah air terjawab sudah. Trimakasih kepada tim lawatan dari GPBB Pr Budianto Lim, Ibu Widya dan Ibu Veronica.
31 Juli 2008
Tak ada yang lebih membahagiakan dalam hidupku tatkala Prof Yap mengatakan, “Now, you can go back to your country.” Akhirnya aku boleh bernafas legah. Sekalipun setiap bulan aku harus membawanya control ke Singapore; sekalipun setiap dua minggu sekali aku harus menggantikan peran suster untuk menyuntikkan hormon ke dalam tubuhnya agar Hbnya bisa naik; sekalipun aku harus terus-menerus di sisinya memantau menu dietnya, obat-obatnya, urinenya, minumnya dan lain-lainnya; tetapi bagiku ini adalah langkah maju yang luar biasa, setelah menunggu begitu lama dalam ketidakpastian.


Fungsi ginjal cahaya hatiku yang semula hanya 10%, sekarang berangsur-angsur beranjak naik menjadi 16%. Menurut penjelasan yang aku "tangkap" bahwa fungsi ginjal cahaya hatiku akan terus beranjak naik dari waktu ke waktu . Walau prosesnya amat lama, dibutuhkan waktu kurang lebih 6 tahun, akan tetapi paling tidak ketakutan-ketakutan yang menghantuiku tentang transplantasi bagi cahaya hatiku perlahan-lahan luruh. Ingin rasanya aku berteriak sekeras-kerasnya menumpahkan beban berat yang selama ini menghimpitku dan meluapkan kegembiraanku. Ingin rasanya aku berlari dan meloncat-loncat kegirangan. Akh…. sungguh, aku sangat bahagia.

Mujizat itu nyata. "Agen Tunggalku" tidak tinggal diam, dinyatakanNya perkara besar dalam hidupku tetapi juga diberikanNya kekuatan, kemampuan untuk memikulnya dan ditunjukkanNya jalan yang harus kulalui. Ia belum selesai melukis hidup cahaya hatiku, IA masih bekerja hingga larut malam, dengan mencampur warna-warni, sebab IA masih mempunyai rencana indah bagi hidupnya. Kututup "buku" ini dengan sejuta asa. Asa yang akan terus kurajut bersamaNya.Kuucapkan syukurku dan trimakasihku hanya kepada Dia. Trimakasih Tuhan.

~ 'Bercermin' diri

By : Titi Yuliaty M.

Sepekan sudah aku menemani cahaya hatiku makan siang di canteen sekolahnya. Setiap hari selalu ada yang baru. Kebersamaan dan kepedulian antar teman-teman kelasnya selalu kusaksikan. Suatu kali, kala mereka sedang makan siang, ada yang bertanya: "Ai boleh nggak Maganta minum ini." (sambil memperlihatkan sebotol yakult). Dengan halus kutolak pemberianya dan kukatakan padanya kalau cahaya hatiku tidak bisa meminumnya karena menu dietnya sudah diatur. Di lain waktu seorang teman perempuannya membawakanku dedaunan, katanya:" Ini obat ginjal Ai, direbus dengan air dan air rebusannya itu diminum. Mamaku biasa minum. Kalau masih ada yang sisa bisa disimpan di kulkas. Mudah-mudahan Maganta cepat sembuh ya Ai." dengan terharu aku menerimanya sembari mengucapkan terimakasih

Kali lain, seorang kawannya nyeletuk,: "Saya kasihan sama tante, harus bolak-balik mengantar Maganta berobat, tentu tante capek ya. Saya selalu berdoa untuk kesembuhan Maganta, yang sabar ya tante." Aku terdiam mendengarnya. Kucoba menahan air mata keharuan dan kuucapkan terimakasih sambil mengusap-usap kepalanya

Setiap pola tingkah laku mereka tak luput dari pengamatanku. Aku merenungkan, bagaimana respon, empati dan simpati yang ditunjukkan kepada cahaya hatiku, seorang teman, seorang sahabat bagi mereka. Mungkin tak terucap lewat kata tetapi terpikir. Dalam hati sanubari, mereka berkata "Kami pun merasakan penderitaanmu, sahabat." Suatu kepedulian yang luar biasa. Tak ada kemunafikan, tak ada kebohongan, tak ada sinisme tak ada kecemburuan.
Dalam keluguan kanak-kanak, kepedulian dan cinta kasih mereka amatlah tulus, polos tanpa "embel-embel". Tanpa tendensi.

Aku berpikir, seandainya orang dewasa dapat bercermin diri kepada kanak-kanak seperti ini, akh, betapa indah dan damainya dunia. Kuaminkan kata Tuhanku: "Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu sebab orang-orang seperti itulah yang empunya Kerajaan Surga." (Matius 19:14). Kutinggalkan ruang canteen mereka, dengan sejuta asa.
*Ai adalah sapaan mereka untukku yang artinya = tante

~ Catatan harian 2

Holland village-home stay
By : Titi Yuliaty

28 Juni ‘08
Pagi ini, capt kembali ke Indonesia. Pukul 08.00 waktu setempat berangkat dari rumah. Tinggallah kami bertiga di negeri orang. tak ada kawan, tak ada saudara.

29 Juni ‘08
07.00
Hari Sabat. Aku terbangun mendengar dering telepon. Ternyata capt. Sekedar memberitahukan bahwa ia sudah di bandara Hasanuddin untuk berangkat ke tempat kerja. Aku turun ke lantai satu melakukan rutinitas harian. Kuambil sapu, kubersihkan seluruh ruangan dan kupel. Ah, akhirnya selesai juga. Sekarang aku membuat sarapan bagi kedua cahaya hatiku. Setangkup roti bakar dan sepiring nasi goreng. Yummy.
09.00
Kedua cahaya hatiku makan pagi. Sesudah minum obat, mereka menonton film kartun. Aku melanjutkan pekerjaan rumah yang lain: menyetrika dan menyiapkan makan siang.
13.00
Makan siang sudah tersaji. Sebagaimana pesanan mereka, aku menyiapkan oseng-oseng buncis, ikan sambal dan ayam goreng. Mereka makan dengan lahap. Masakanku ludes dan tandas. Senang melihat hasil karya dihargai,
14.00
Ibu Ross datang bersama suaminya untuk membersihkan rumah. Beberapa catatan-catatan kecil diberikan kepadaku
14.30
Ke gereja berbahasa Indonesia di Orchad Plaza. Sekalipun terlambat, aku menikmati,

persekutuan ini. Akhirnya aku dapat bersekutu lagi dengan sesama saudara seiman di negeri orang. Belakangan aku tahu ini adalah GPO (Gereja Presbyterian Orchad), jemaat berbahasa Indonesia


19.00 Makan malam
22.30
Rehat

30 Juni ‘08
12.15
Apoitmen dengan Prof. Cahaya hatiku sudah mulai bersahabat denga Mr. TB, terlebih karena sekarang Mr. TB ditemani oleh Ms Emla. Hari ini mereka kembali melakukan tugasnya dan cahaya hatiku menyodorkan tangannya dengan sukarela. Tak ada lagi “kekacauan”. Ah, legah rasanya.
16.00
Result dari Mr. TB tidak menggembirakan. Kreatinin dan ureumnya sangat tinggi. Dari uraian Prof. yang “berhasil” kusimak, ditambah dengan pejelasan sulungku, ternyata fungsi ginjal cahaya hatiku tinggal 10 %. Kedua ginjalnya mengalami implammation kronik. Satu-satunya solusi yang terbaik menurut Prof, jika ureum dan kreatininnya tidak beranjak turun adalah transplantasi.
Nyerih dada ini mendengarnya, tapi apa daya, aku tak tahu mau berbuat apa. Aku pulang bersama kedua cahaya hatiku tanpa banyak kata. Kucoba mengalihkan perhatian, tapi aku tak sanggup. Kuingin berbagi, tetapi aku tidak tahu kepada siapa. Tak mungkin aku menyampaikan pergumulan ini kepada capt yang baru sehari di Makasar. Terlintas dalam benakku sahabat belenkku, tetapi ah tak etis rasanya jika aku membebaninya, dikala ia asyik menikmati liburannya. Beberapa kali memang, aku mengirim berita via sms kepadanya, namun tak satupun dibalasnya. Pikirku, mungkin ia lagi tak ingin direcokin.


Malam ini, aku bergumul sendirian. Tak seorangpun mengingatku, tak seorangpun menyapaku walau via sms sekalipun. Terngiang-ngiang di telingaku kata dokter tentang transplantasi. Harapanku hanya satu, ginjalku ini akan kuberikan padanya, andai mungkin. Berat sekali, sesak rasanya .

Kutatap kedua cahaya hatiku dalam kelelapan mereka. Kutumpahkan semua airmataku. Aku merintih dalam kepedihan. Melalui doa kuberseru kepadaNya: "Tuhanku tolonglah aku yang lemah ini. Jikalau transplantasi, adalah jalan terbaik menurutMu, jadikan aku siap berbagi ginjal dengannya. Beri kekuatan kepadaku dalam menjalani padang gurun kehidupan ini. Amin."
Kututup tirai jendela kamarku, kurebahkan diriku, berharap esok hari, kala aku menikmati aurima pagi, ada asa baru dalam hidupku.





~ Catatan Harian 1

National University Hospital - Singapore
Senin, 16 Juni ‘08
Tiba di Changi kurang lebih pukul 09.00 waktu setempat. Dengan menumpang taksi, kami langsung menuju ke NUH lengkap dengan “atribut-atribut” kopor 2 buah, bantal dan selimut.
12.00 bertemu Prof dan ‘take blood’
15.00 ke kamar perawatan di Ward 47
15.50 results keluar. Untuk Renal Panel 2 semuanya tidak normal kecuali sodium dan ALP; Kreatinin 620 umol/L dan Urea 18,9 mmol/L. Full Blood Count-Hemoglobin hanya 7,7 g/dL.

Selasa, 17 Juni ‘08
Team dokter menyampaikan diagnosa awal mereka. Seorang anggota team menolong aku dengan menjelaskannya melalui catatan sebagai berikut. Immune reaction menyebabkan kid damage (penurunan fungsi ginjal), itulah sebabnya maka cahaya hatiku harus diberi methyl prednisolon untuk menekan anti bodinya. Kid damage juga menyebabkan hemoglobin rendah dan merusak pertumbuhan tulang. (Sekarang, aku baru mengerti mengapa cahaya hatiku pernah mengalami keram dan kaku di bagian kaki dan lengannya ketika masih di Makassar, ternyata karena ia kekurangan Calcium). Calsium Sandos diberikan untuk menaikkan Calsium; Calsium Carbonat untuk phospate yang kurang dan Calcitrol untuk PTH, Ferrous Fumarate untuk sel darah merah, Amlodipine besilate untuk tekanan darah yang tinggi, Mycophenolate mofetil, Omeprazole, Renamyn tablet, sodium bicarbonat, magnesium dan potassium chloride

Kamis, 19 Juni ‘08
Hampir setiap hari Mr. TB datang menjenguk cahaya hatiku. Sayangnya, hampir setiap kedatangannya pula selalu menimbulkan “pergolakan”.
Hari ini Mr. TB kembali harus melakukan tugasnya. Pagi-pagi benar aku harus mempersiapkan cahaya hatiku, agar ketika Mr. TB datang ia sudah siap. Namun ternyata persiapan bagaimanapun kulakukan, trauma terhadap kehadiran Mr. TB tetap membuat “kekacauan”. Namun karena hal ini
sangat penting maka aku pasrah saja, ketika ia merontah-rontah sehingga harus dipegang oleh banyak orang agar Mr. TB dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Sesuai dengan rencana tim dokternya, pagi ini cahaya hatiku akan dibiopsi. Setelah result keluar, ia harus ke ruang OK. Aku tak berani ikut, biarlah capt saja yang beserta dengan team dokternya. Diiringi doa dan harapan aku mengantar cahaya hatiku sampai menghilang dari pandangan mataku. Selang beberapa lama ia kembali ke kamar.

Sambil menunggu ia siuman aku mencoba menenangkan pikiranku dengan beristirahat sebentar. Berdoa dan berharap semoga biopsinya berhasil.

Jumat, 20 Juni ‘08
Kali pertama cahaya hatiku diinjeksi dengan Darbepoetin Alfa 20 MCG untuk menaikkan Hbnya yang drop. Menurut penjelasan yang kuterima, injeksi ini akan dilakukan 2 minggu sekali dalam waktu yang tidak ditentukan sampai Hbnya kembali normal.

Sabtu, 21 Juni ‘08
Hasil biopsi disampaikan oleh team dokter serta rencana-rencana perawatan selanjutnya yang akan mereka lakukan.

Senin, 23 Juni ‘08
Masuk ruang isolasi. Hari ini cahaya hatiku akan diinjeksi dengan Methyl
Prednisolone Untuk menurunkan antibodi yang menurut dokter, merusak funsi ginjalnya. Prof ke luar negri. Beliau digantikan oleh asistennya, Dr. Perry Law

Selasa, 24 Juni ‘08
Result Mr. TB menunjukkan bahwa kreatinin dan ureumnya naik lagi, tapi kata Dr. Perry tak perlu kuatir karena hal itu terjadi akibat pengaruh dari injeksinya. Perlahan-lahan akan turun kembali.

Jumat, 27 Juni ‘08
Hari ini, cahaya hatiku diperbolehkan keluar dari Rumah sakit, setelah dirawat selama 12 hari. Sekalipun harus kontrol 2 kali seminggu, tapi aku bisa bernafas legah sedikit.
Kami mendapatkan home stay di Holland village. Sang pemilik bernama Ross, peranakan India-Melayu, hitam manis dan murah senyum. Ia menjemput kami ke NUH untuk melihat rumah yang dimaksud dan sesudah mermbayar uang muka kami diantar kembali ke NUH
10.30 waktu Singapore
Dr. Perry bersama teamnya datang visite memberi masukan dan apoitmen dengan Prof Yap hari Senin. Muka tak bersahabat ditampakkkan cahaya hatiku ketika Mr. TB kembali harus melakukan tugasnya. Beruntung hari ini tidak menyisakan kekacauan yang berarti.
14.00 Beres-beres sembari menunggu result Mr. TB
15.00 Result menunjukan kreatininnya turun. Horee… Trimakasih Tuhan.


~ Mengapa mesti ke Singapore?

By : Titi Yuliaty

Mungkin banyak yg bertanya, “Mengapa mesti di bawa ke Singapore; bukankah di negeri sendiri juga dokter kita tak kalah hebatnya?” Untuk pendapat seperti ini, akupun setujuh, sebab aku sendiri sudah mengalami dan merasakannya semenjak cahaya hatiku dirawat, baik di Makasar pun di Jakarta. Bagaimana dedikasi dan loyalitas mereka dalam berusaha mencari tahu mengapa fungsi ginjal cahaya hatiku sangat rendah. Akan tetapi, bagiku kepintaran tokh tidak dapat berdiri sendiri tanpa ditunjang oleh banyak hal. Salah satu faktor penunjang yang utama adalah ketersediaan laboratorium. Tanpa peralatan dan laboratorium yang lengkap dan memadai tentu dengan SDM pula, maka bagiku kesimpulan yang pasti atas penyebab fungsi ginjal cahaya hatiku sangat rendah akan tetap mengambang di tataran abu-abu. Padahal penanganan terhadap penyakit ini harus ditindaklanjuti dengan cepat dan tepat. Berburu dgn waktu.

Alasan yang kedua ialah bahwa informasi “terlengkap” yang aku miliki saat ini, tentang penyakit ginjal khusus anak, hanyalah di NUH Singapore saja.

Dan alasan yang terakhir tetapi yang utama adalah masalah dana. Sebab bagaimanapun semua upaya ini tidak terlepas dari ketersediaan dana. Dengan kondisi keuangan kami yang pas-pasan, pastilah dapat dimaklumi jika kami berhitung sen demi sen; rupiah demi rupiah. Sekalipun relatif masih sangat mahal bagi kami, namun demi kesembuhan cahaya hatiku kami berusaha semampu kami. Aku tahu capt terbaikku pasti akan berusaha sekuat dan semaksimal mungkin.

~ Dari Rumah Sakit ke Rumah Sakit

Jumat, 30 Mei ‘08
Sesuai janji yang kami buat dengan Prof, pukul 08.00 pagi, kami sudah berada di Rumah Sakit. Setelah mengurus administrasi dan tetek bengek lainnya, kami dibawa ke ruang perawatan anak Dahlia diiringi pertanyaan cahaya hatiku, “Mama, mengapa aku dibawa ke Rumah Sakit, padahal aku tidak sakit?” “Mengapa aku harus tinggal di sini?” Pertanyaan lugu dan polos, tetapi sangat menohokku. Namun kucoba memberinya jawab semampuku agar dia mengerti. Walaupun butuh waktu.
Aku mengerti mengapa muncul pertanyaan seperti itu dari bibir kecilnya, sebab sampai hari Kamis kemarin ia masih ke sekolah. Mungkin ia merasa tidak ada yang bermasalah dengan dirinya, mengapa tiba-tiba harus dirawat inap di Rumah Sakit.

Ini adalah Rumah Sakit pertama, cahaya hatiku ,menerima perawatan selama 6 hari . Semenjak dirawat di tempat ini, banyak sudah dukungan yang diberikan oleh saudara-saudara, sahabat-sahabat, jemaat-jemaat, guru-guru dari sekolah tempat cahaya hatiku menuntut ilmu, teman-teman kelasnya beserta orangtua-orangtua mereka. Berbagai bentuk perhatian, doa, dukungan dan kepedulian serta cinta kasih dicurahkan bagi kami

Lawatan melalui kehadiran mereka di Rumah Sakit baik di Makassar, Jakarta pun di Singapore. Juga yang berupa telepon, sms dan email. Baik yang mencarikan informasi pun yang membantu dalam bentuk-bentuk yang lain, mengingatkan kami, bahwa sesungguhnya kami tidak sendirian menghadapi pergumulan ini. Kedatangan mereka dari berbagai gereja seperti GT Jemaat Tallo, Jemaat Tamalate, Jemaat Rama dan tentu Jemaat Bawakaraeng, menguatkan kami. Kehadiran rekan-rekan pendeta, guru-guru SDH-Makasar tempat cahaya hatiku menuntut ilmu, teman-teman kelasnya beserta orangtua-orangtua mereka, sungguh-sungguh mensuport kami. Kepada semua pihak, terucap terimakasih yang tulus dari kami sekeluarga, kiranya tali kasih yang telah terajut di antara kita semakin dipererat oleh cinta kasih Tuhan.

Kamis, 5 Juni ‘08
Seizin Prof yang merawatnya di Makassar, kami membawa cahaya hatiku ke Jakarta. Tentu dengan harapan bahwa penanganan di Jakarta akan lebih baik oleh karena peralatannya pastilah lebih lengkap dan lebih canggih dibandingkan dengan yang dimiliki Rumah Sakit – Rumah sakit di Makassar. Dengan harapan itu pula kami mempersiapkan hati dan diri. Pukul 06.00 pagi rekan-rekan Majelis Gereja dari Jemaat Bawakaraeng tiba di Rumah Sakit. Mereka datang mendoakan dan melepaskan kami sebagai wujud kebersama-samaan dan kepedulian selaku sesama rekan kerja. Kami berangkat ke bandara Hasanuddin pukul 06.30 setelah cairan infusnya dicabut.

Pukul 09.00 WIB, kami tiba di bandara Sukarno-Hatta dan dari bandara kami langsung menuju ke Rumah Sakit, tempat surat rujukan ditujukan. Dukungan teman-teman dokter di Makassar melalui relasi mereka di Jakarta, sangat menolong kami. Tiba di Rumah Sakit, tempat (kamar) perawatan sudah tersedia, sehingga kami tinggal masuk. Di Rumah Sakit ini, cahaya hatiku dirawat 11 hari di ruang perawatan PTK. Perhatian dan cinta kasih serta doa dari kerabat dan handai taulan, teman-teman pendeta juga kami rasakan dan alami di tempat ini. Melalui Warta Jemaat Gereja Toraja Klasis Pulau Jawa, kami mendapat dukungan doa dari banyak orang.

Pemeriksaan dilakukan dari awal lagi. Tetapi hasilnya tetap dalam diagnosa awal, “gagal ginjal”. Persoalan mengapa sehingga fungsi ginjal itu sangat menurun, diperkirakan hanya 20-25% saja, tetap tidak terdeteksi. Menurut Dokter yang merawatnya, semua cara untuk mengetahui penyebab suatu ginjal tidak berfungsi dengan baik yang dimiliki oleh Rumah Sakit tersebut, sudah dilakukan bahkan sampai “foto nuklir” akan tetapi indikasi itu tidak juga ditemukan. Masih menurut beliau, “Pengobatan yang dilakukan di rumah sakit ini bukanlah untuk menghilangkan penyebab, tetapi mengobati akibat dari penyebab itu. Dan jika itu saja yang bisa dilakukan, di rumahpun hal yg sama bisa dibuat” Lagi katanya: “Masih ada satu cara, jika orang tua tidak keberatan, yakni biopsi, tetapi itupun belum bisa dipastikan apakah penyebabnya akan dapat diketahui (masih fifty-fifty).” Dug! Jantungku berdenyut kencang, keringat dingin membasahi tubuhku. Aku tak mampu lagi menahan air mataku. Sayup kudengar kata beliau menanggapi permintaan capt akan dokter yang mungkin beliau bisa rekomendir: “Kalau memang ada keinginan membawanya ke luar negeri, saya sarankan di bawa ke Australia atau Singapore yang terdekat, karena di negara-negara ini perlatan mereka jauh lebih lengkap (dan jauh lebih canggih)dari yang kita punyai. Di Singapore ada seorang dokter yg saya rekomendir , namanya Prof Yap Hui Kim di NUH Singapore.”

Pikirku, tidak ada jalan lain, aku harus membawanya ke Singapore. Sekalipun belum pernah menginjakkan kaki di negri ini, namun harapan untuk kepulihan cahaya hatiku memaksaku untuk membuang jauh-jauh rasa kuatir, taku, gelisah dan bimbang yg seringkali mendera bathinku. Semua informasi yang kuperoleh, baik dari teman-teman di Makassar pun teman-teman di Jakarta kutindak lanjuti. Bersama capt-ku, kucoba menghubungi beberapa nomor telepon yang diberikan , sayang kebanyakan diantaranya adalah agen. Namanya juga agen, tentulah butuh biaya ekstra. Memang melalui agen pastilah lebih memudahkan, apalagi bagi kami yang baru pertama kali ke negri Marlion ini. Akan tetapi demi pengiritan biaya, kami mengambil keputusan untuk berangkat sendiri. Kami tertolong ketika seorang teman di Jakarta memberikan nomor telepon sekertaris Prof di Depertement of Pediatric NUH. Dan melalui sekertaris ini, kami membuat apoitmen dengannya. Jadilah kami datang ke Singapore pada hari Senin, 16 Juni ’08 sebgaimana permintaan beliau.
Jika orang lain memakai agen (yang memang banyak di Jakarta), kami mengandalkan “Agen Tunggal” kami, sebab kami yakin dan percaya hanya Dia yg pasti menolong dan tidak akan pernah menyia-nyiakan kami.

Senin, 16 Juni ‘08
Setelah membuat apoitmen dengan Prof Yup melalui telepon, maka Senin dinihari kira-kira pukul 03.00 kami keluar dari Rumah Sakit di Jakarta menuju bandara Sukarno Hatta untuk terus ke Singapore. Dari Changi airport kami langsung ke NUH lengkap dengan kopor-kopor, bantal dan selimut. Berbekal surat rujukan dari dokter yg merawatnya di Jakarta, kami tidak mendapatkan kesulitan yang berarti. Apalagi memang sudah ada apoitmen. Tenaga medis di Rumah Sakit ini, mempunyai kepedulian yang tinggi. Mereka sangat proaktif dalam memberi pelayanan termasuk kepada kami.
Satu hal yang pasti, “Agen Tunggal” kami memangg luar biasa. Ia mengutus siapapun untuk menolong kami. Dan umumnya adalah mereka yang belum mengenalNya secara pribadi. Pertolongan yang tidak dibatasi oleh ras, agama, suku, negara dan golongan. Bagiku, ini adalah sebuah mujizat
Dalam menjalin relasi dengan orang lain, tentu faktor utama adalah bahasa dan komunikasi . Untuk hal yang satu ini aku agak “kagok” selain karena perbendahaaraan bahasa Inggrisku yang pas-pasan, aksen Inggris-Singapore memaksaku menggunakan semua kemampuan yang kumiliki dalam mencoba memahami makna dari setiap ungkapan. Beruntung sulungku bisa menjembatani, sehingga jadilah dia transleter bagiku, selama kami di sana, terlebih jika capt kembali ke Indonesia.

~ Curahan Hati

Tiga bulan lebih, semenjak cahaya hatiku menderita sakit, sebagai publisher aku tak pernah lagi meng- up - date blogspotku ini. Sesungguhnya aku ingin melakukannya, namun karena keterbatasan waktu, baru hari ini aku dapat melakukannya. Curahan isi hatiku selama mendampinginya dalam perawatan, akan menjadi warna baru dalam blogspot ini.
Selamat membaca

“Gagal ginjal kronik”, demikian vonis dokter ketika melihat hasil pemeriksaan laboratorium cahaya hatiku . Bagai disambar petir di siang bolong, aku tertegun. Seluruh persendianku terasa lemas. Dunia sekelilingku pun seakan menjadi gelap. Dengan menahan sekuat hati agar butiran air mataku tidak jatuh, lirih aku bertanya, “Masih ada harapan Prof?” “Masih perlu obserevasi lebih lanjut, akan tetapi melihat kreatininnya 8,75mg/dL dan ureumnya 101,3 mg/dL, sepertinya hal ini sudah berlangsung lama,” demikian kata beliau. Hatiku bertambah galau. Aku membathin, “Ya Tuhan mengapa harus dia?” “Mengapa aku tdk tanggap?” “Mengapa aku terlambat?” “Mengapa pemeriksaan laboratorium baru kulakukan sekarang?” Beruntun “mengapa” yang lain menyusul berputar-putar di kepalaku.
Tak pernah terlintas dalam benakku bahwa putra keduaku ini akan divonis “gagal ginjal”. Keceriaannya setiap waktu dan berat badannya yang 45 kg di usia yang masih sangat mudah (9 thn 7 bulan) seakan-akan menutupi keganjilan ini.

Pikiraanku menerawang, mencoba mengingat kembali apa yang terjadi dengan cahya hatiku belakangan ini, tetapi tak satupun dapat menolong. Yang hanya mampu kuingat ialah bahwa sudah 3 bulan ini, ia mulai malas makan. Menurutnya, ia ingin mengatur sendiri pola makannya. Mulanya kupikir itu hal yang bagus, bukankah selama ini aku selalu mengingatkannya untuk tidak terlalu banyak makan sebab berat badannya yg 45 kg di usia 9 thn itu diatas BB normal anak seumurnya, namun tak digubrisnya? Sekarang ia sendiri yang ingin mengatur pola makannya, tentu melegahkan hatiku. Akan tetapi lama-kelamaan setelah kuperhatikan, rasanya ada yang salah, aku lalu membawanya ke dokter anak langganan kami tetapi kata beliau tidak apa-apa, tak ada yang mengkwatirkan. Rasa penasaran memaksaku untuk membawanya lagi ke dokter anak yg lain sekedar mencari second opinion tetapi juga kata beliau hanya alergi biasa. Akhirnya aku membawanya ke dokter THT dan menurut pemeriksaan beliau, ternyata memang tonsilnya membengkak. Setelah diobati akhirnya sembuh, namun nafsu makannya tetap kurang. Bahkan kaki dan lengannya mulai kaku-kaku dan keram. Ketika gejala itu datang ia memukul-mukulkannya pada benda-benda keras yang terdekat dengannya sambil menangis. Atas saran seorang teman kami lalu membawanya ke dokter saraf anak dan dari dokter inilah kami diminta untuk pemeriksaan darah rutin. Di laboratorium, capt meminta agar fungsi ginjal dan fungsi hatinya juga diperiksa. Ternyata hasil pemeriksaan lab menunjukkan Hb dan kalsiumnya sangat rendah sedangkan ureum dan kreatininnya sangat tinggi.

Anganku kutarik lebih jauh lagi ke belakang dan satu per satu mulai kurunut. Saat ia masih di dalam kandunganku, tak ada yang terlalu mengkuatirkan kecuali mual-mual yg memang biasa dialami oleh ibu-ibu hamil. Ia lahir secara normal dengan BB 3,5 kg, agak lama di “pintu” dan agak lama pula tangisnya baru terdengar . Tidak merangkak tetapi hanya berguling-guling sampai usia 2 thn. Di usia yang sama, mulai belajar jalan. Sejak usia 4 tahun, rutin ke dokter mata karena mata silinder bawaan. Sering sakit perut ketika batita sampai tdk bisa tertidur. Selebihnya semua normal. Namun mengapa sekarang tiba-tiba kreatinin dan ureumnya melonjak tinggi, aku tak tahu. Adakah hubungannya dengan semua ini, akupun tak tahu.

Samar kudengar Prof berkata, “Besok pagi jam 08.00 ia sudah harus di Rumah Sakit, agar lebih cepat ditangani.” “Baik Prof!” jawabku. Dengan hati gundah kami kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan,tak seorangpun yang bersuara, semua diam seribu bahasa. Sibuk dengan pikiran masing.
Telepon dari teman-teman KOMPAK ’08 untuk menghadiri pertemuan dengan KPPS dan beberapa dosen senior komunikasi dari Kampus Merahku di salah satu Rumah Makan tidak lagi kugubris. Pikiranku hanya berpusat pada satu titik saja, sekiranya mungkin malam segera berlalu dan aku dapat membawa cahaya hatiku ke Rumah Sakit.