"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

~ Pilwali

By : Titi Yuliaty

Suhu politik di kotaku lagi menghangat. Menjelang pemilihan walikota (Pilwali) secara langsung pada tanggal 29 Oktober mendatang, para kandidat mulai "melancarkan" kampanyenya secara terbuka dan dihadiri oleh pendukung mereka, ). Masing-masing kandidat menawarkan visi, misi dan program-program mereka yang sebelumnya telah dipaparkan kepada para wakil rakyat.

Beberapa kandidat menawarkan sekolah gratis dan kesehatan gratis. Namun ada juga yang menawarkan listrik murah, pangan gratis, dan lain sebagainya. Tentu hal ini wajar-wajar saja. Bukankah pemilih sekarang adalah pemilih-pemilih cerdas? Mereka tentu tahu program-program mana yang kira-kira masuk akal, realistis serta dapat terealisasi dan program-program mana yang hanya janji-janji belaka alias “angin sorga”saja. Yang terpenting ialah bahwa pemilihan wali kota secara langsung untuk pertama kalinya dilaksanakan di kotaku ini dapat berjalan dengan baik dan aman. Tentu atas dukungan semua pihak, tidak terkecuali para pemilih itu sendiri. Semoga.

~ Batu Empedu

By : Titi Yuliaty

Beberapa waktu yang lalu, adik temanku dirawat di Rumah Sakit akibat batu yang bercokol dalam kantong empedunya. Karena tidak mau dibelek, ia lalu ngacir dan dirawat di rumah. Sekarang sudah baikan setelah minum ramuan dari pak Mansyur.


Tadi pagi, aku cerita-cerita sama Ina tentang batu empedu ini. Menurutnya, dari survei kecil-kecilan yang dilakukan kepada orang-orang di sekitarnya yang mengidap penyakit yang sama, ia menarik kesimpulan bahwa ternyata salah satu penyebab adanya batu yang bercokol di empedu ialah karena orang-orang itu tidak pernah sarapan ( makan pagi).


Tentu masih banyak penyebab-penyebab lain seperti kolesterol yang lebih tinggi dan garam empedu yang lebih rendah; kegemukan juga merupakan faktor resiko yang cukup kuat; beberapa obat seperti obat kontrasepsi oral, dapat menyebabkan seorang wanita beresiko terkena batu empedu dan lain-lain Batu empedu itu sendiri adalah serpihan benda padat yang berasal dari kolesterol atau bilirubin yang terbentuk di dalam kantong empedu.

Aku tidak tahu apa hubungannya dan bagaimana sudut pandang medis terhadap hasil akhir yang ditarik dari hasil surveinya ini. Tetapi itulah kesimpulan Ina, bahwa sarapan amat berperan penting dalam terbentuk tidaknya batu di empedu.
Nah lho, kalau begitu, gak ada salahnya kan, sarapan setiap hari?
Hidup sarapan!


~ Lectio Divina

By : Titi Yuliaty

Bagi kebanyakan orang Kristen, bersaat teduh dengan membaca nats-nats Alkitab setiap hari, bukanlah hal yang baru lagi , bahkan sudah menjadi panggilan jiwa. Namun memahami dengan sungguh makna dari nats yang dibacanya dan pesan yang diterimanya melalui nats tersebut mungkin masih ada yang "mengambang." Memang ada banyak metode atau cara yang dapat dipakai untuk bersaat teduh itu. Biasanya dalam buku-buku renungan harian, metode-metode tersebut, sudah dipaparkan lebih awal sebelum kita menggunakan buku renungan dimaksud. Pada umumnya hampir sama.

Kemarin aku membaca buku renungan harian yang menggunakan Metode Lectio Divina. (Buku yang diberikan oleh sahabat yang care padaku. Trimakasih Ina). Sepertinya aku lebih "cocok" dengan metode ini. Lectio divina adalah suatu metode membaca Alkitab sambil merenungkan dan berdoa.
Langkah-langkah metode Lectio Divina menurut buku itu dan yang telah kupraktekkan ialah sebagai berikut:

Persiapan:
Masuklah dalam suasana hening, berdoalah dan mohonlah kehadiran, bimbingan, dan penerangan Roh Kudus

Langkah I : Lectio (bacaan)
Membaca kutipan dari Alkitab. Sebaiknya setiap perikop dibaca secara utuh (tidak dipenggal-penggal), perlahan-lahan dirasakan. Dengan segenap hati dan budi mendengarkan Sabda Tuhan. Menangkap inti sari FirmanNya yang menyentuh hati, bisa menjadi titik tolak atau bahan renungan.

Langkah II : Meditatio (renungan)
Merenungkan Intisari FirmanTtuhan. Menggali lebih dalam untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang tersembunyi di baliknya. Dengan iman, cinta dan kerinduan menelaah FirmanNya, mencari dan menemukan kehendak Tuhan bagi kita.

Langkah III: Contemplatio (kontemplasi)
Memasuki ruang keheningan paling dalam untuk merasakan kehadiranNya, mengenyam kedekatan serta keintiman denganNya. Biarkan diri kita dalam arus kasihNya, terbelai sentuhanNya yang halus dan menangkap nada suaraNya yang lembut.

Langkah IV: Oratio (doa)
Menanggapi sentuhan dan Sabda Tuhan diungkapkan dalam Doa yag terinspirasi dari buah perenungan dan kontemplasi dalam bimbingan Roh Kudus

Langkah V : Missio (pengutusan)
Komitmen dalam melaksanakan Perutusan Tuhan atau kehendakNya yang diberitakan melalui Sabda yang kita terima dalam Lictio Divina ini.

Dalam buku yang kubaca (Renungan harian Mutiara Iman), tahapan-tahapan di atas telah diramu sedemikian rupa, sehingga kita tinggal mengikutinya saja. So, selamat menggunakan metode Lectio Divina ini, semoga kehidupan kita semakin dibaharui dan iman kita semakin bertumbuh di dalam Dia.

~ Sentosa Island

By : Titi Yuliaty

Daerah wisata di Singapore yang masuk urutan pertama dalam daftar agenda perjalananku adalah Pulau Sentosa. Letaknya di Selatan Singapura, terdiri atas 20-30 landmarks, seperti Fort Siloso, yang dibangun sebagai benteng untuk bertahan dari Jepang selama PD II.
Untuk dapat sampai di tempat ini, kita bisa menggunakan MRT, Sentosa Express, Bis Sentosa, Kereta Gantung, dan layanan Bis Sentosa SIA Hop-on. Akan tetapi, karena cahaya hatiku masih harus mengenakan masker saat keluar rumah, aku merasa lebih aman dan nyaman naik taksi saja. Selain karena sopir taksinya
memang mengenal dengan baik lokasi dan rutenya yang kutuju, (tentu saja tidak dibawa berputar-putar dahulu seperti yang sering kali terjadi di tanah air) mereka juga bisa menjadi “pemandu wisata” gratis.

Tiket masuk standar ke pulau ini adalah SGD 3,00 per orang, dewasa pun anak-anak. Karena taksi tidak diperbolehkan “beroperasi” dalam pulau, maka kami diantar sampai ke pangkalan taksi saja untuk selanjutnya menggunakan bis wisata gratis yang disediakan pihak pengelola, berbaur dengan wisatawan-wisatawan lain dari berbagai Negara.Umumnya mereka berasal dari Cina dan Indonesia, walaupun juga ada dari Eropa, Amerika, Arab, Jepang, Vietnam dan lain-lain.


Underwater World adalah tempat pertama yang kami kunjungi di pulau ini. Salah satu oceanarium yang konon kabarnya terbesar di Asia. (Tapi jika dibandingkan dengan Indonesia, menurutku Sea World di Ancol jauh lebih besar). Mungkin karena luas area negara ini sangat terbatas, sehingga oceanariumnya juga "terbatas". Di sini kita dapat menikmati beberapa species ikan dan makhluk biota laut.

Setelah puas menikmati beragam species makhluk laut, kami melanjutkan perjalanan ke Dek Pandang di Mouth Gallerynya Marlion. Dari tempat ini, kita dapat melihat pulau Batam dan pulau Bintan di tanah air. Sebelum sampai ke dek, kami menyempatkan diri menyaksikan legenda ditemukannya negeri ini. Tak ketinggalan menelusuri Walk Marlion.


Ngomong-ngomong anda tahu gak perbedaan si Marlion yang bersisik 320 buah itu dengan binatang-binatang lain? Aku sendiri gak tahu. Tapi kata uncle driver: "Perbedaannya adalah karena marlion pipis lewat mulut." Hehe... ada-ada saja si uncle

Dolphin Lagoon, adalah tempat berikut yang kami tuju . Di sini, kami menyaksikan atraksi lumba-lumba merah muda dan menikmati pantai-pantai indah yang ada di pulau dengan menggunakan Beach Trams. Pulang pergi dari ujung ke ujung, sampai akhirnya berhenti dan makan siang di Tanjung beach. Bagiku berbaur bersama wisatawan mancanegara mempunyai nuansa tersendiri.



Butterfly Park & Insect Kingdom adalah tujuan berikutnya setelah makan siang. Sebenarnya aku agak kecewa, sebab selain areanya yang sangat kecil, kupu-kupunya juga sangat sedikit (mungkin lagi pada malas terbang di siang bolong), mahal pula tiket masuknya.

Penasaran dengan Mr. Marlion yang pipis melalui mulutnya (stttt.. itu kata uncle driver lho), kami kembali ke tempat ini (perjalanan yang tidak efektif tetapi tetap dinikmati hehehe). Naik Sentosa Express, mutar-mutar lalu balik ke stasiun yang sama. Setelah puas berpose (ceile seperti foto model saja), kami ke Images of Singapore lalu naik cable car untuk kembali ke rumah. Sayang kami tak sempat menikmati Tiger Sky Tower.


“Pusing-pusing" di Sentosa Island berakhir. Lelah, tetapi nikmat. Nikmat, namun mahal, bahkan sangat mahal untuk kantongku. Dari tempat-tempat yang aku kunjungi di atas, aku harus merogoh kocek kurang lebih SGD 350.00 untuk 4 orang. Setara dengan 2.275.000 rupiah jika kurs 1SGD= Rp.6500.


~ Singapore Art Museum

By: Titi Yuliaty

Satu-satunya Museum yang sempat aku kunjungi selama di Singapura adalah Singapore Art Museum. Itupun karena berdekatan dengan GPO, tempat aku beribadah minggu. Hanya dengan berjalan kaki sebentar dari GPO, kita sudah tiba di lokasi. Masuknya pun tanpa dipungut bayaran, alias gratis. Namanya juga museum art, yang dipamerkan pastilah pula berhubungan dengan art. Beberapa hasil jepretam amatirku dapat dinikmati di posting ini.


Masih banyak daya tarik wisata terkenal lainnya yang belum aku kunjungi seperti Singapore Zoological Gardens dan Night Safari; konon orang dapat menjelajahi habitat Asia, Afrika dan Amerika Selatan di malam hari, tanpa penghalang yang nyata antara tamu dan binatang liar di area ini. Juga Jurong Bird Park yang terkenal, di mana ada spesimen kehidupan burung yang bagus dari seluruh dunia, termasuk sekawanan ribuan flamingo dan lain-lain

Untuk mengunjungi ke dua tempat ini, sepertinya aku harus bersabar menunggu cahaya hatiku dinyatakan pulih. Akh, Semoga.




~ Wisata Belanja

By : Titi Yuliaty

Namanya saja perempuan, pastilah senang jika diajak berbelanja. Lagipula, “perbendaharaan” pakaian dari tanah air sudah semakin menipis, maka ketika capt mengajakku untuk "pusing-pusing" di pusat perbelanjaan tentu aku sangat antusias.

Orchard Road
Menurut nara sumberku, daerah ini diberi nama Orchad Road karena pada tahun 1840-an banyak sekali pohon pala dan perkebunan lada yang tumbuh di sepanjang jalan itu. Sekalipun saat ini, sepanjang Orchad Road tidak ada lagi perkebunan lada akan tetapi masih diteduhi pohon-pohon tropis yang subur. Mal-mal pun banyak terdapat di area ini. Selain Lucky Plaza,Paragon dan mal-mal lainnya, aku menyempatkan diri ke Toko Buku terbesar di Singapura "Kinokuniya Books" di Takashimaya.

Tempat belanja yang lain ada pula di Bugis Village, Chinatown, Arab street dan Little India. Konon di tempat-tempat ini, harga-harga jauh lebih murah dibandingkan di tempat-tempat lain. Ku sempat terkecoh ketika jalan-jalan ke Little India; ketika akan makan siang, aku tertarik untuk menikmati makanan di RM Madura, pikirku dari namanya saja paling tidak ada makanan khas Indonesia. E… ternyata semua makanan serba India. Apa boleh buat, kudu terlanjur duduk manis, kupaksakan saja makan nasi kari ayamnya yang minta ampun aroma bumbunya amat sangat menyengat
Toko 3 for 10 $ adalah area favoritku, sebab aku dapat memilih pernak-pernik di sini. Mulai dari patung pajangan, tas, kaos, bros, kalung, taplak meja, sarung bantal, gantungan kunci, bahkan jam tangan ada di sini. Murah meriah untuk souvenir.

~ Museum

By: Titi Yuliaty

Satu-satunya Museum yang sempat aku kunjungi selama di Singapura adalah Singapore Art Museum. Itupun karena berdekatan dengan GPO, tempat aku beribadah minggu. Hanya dengan berjalan kaki sebentar dari GPO, kita sudah tiba di lokasi. Masuknya pun tanpa dipungut bayaran, alias gratis. Namanya juga museum art, yang dipamerkan pastilah pula berhubungan dengan art. Beberapa hasil jepretam amatirku dapat dinikmati di posting ini.


Masih banyak daya tarik wisata terkenal lainnya yang belum aku kunjungi seperti Singapore Zoological Gardens dan Night Safari; konon orang dapat menjelajahi habitat Asia, Afrika dan Amerika Selatan di malam hari, tanpa penghalang yang nyata antara tamu dan binatang liar di area ini. Juga Jurong Bird Park yang terkenal, di mana ada spesimen kehidupan burung yang bagus dari seluruh dunia, termasuk sekawanan ribuan flamingo dan lain-lain

Untuk mengunjungi ke dua tempat ini, sepertinya aku harus bersabar menunggu cahaya hatiku dinyatakan pulih. Akh, Semoga.




~ Wisata Belanja

By : Titi Yuliaty

Namanya saja perempuan, pastilah senang jika diajak berbelanja. Lagipula, “perbendaharaan” pakaian dari tanah air sudah semakin menipis, maka ketika capt mengajakku untuk "pusing-pusing" di pusat perbelanjaan tentu aku sangat antusias.

Orchard Road Menurut nara sumber, daerah ini diberi nama Orchad Road karena pada tahun 1840-an banyak sekali pohon pala dan perkebunan lada yang tumbuh di sepanjang jalan itu. Sekalipun saat ini, sepanjang Orchad Road tidak ada lagi perkebunan lada akan tetapi masih diteduhi pohon2 tropis yang subur. Mal-mal pun banyak terdapat di area ini. Selain Lucky Plaza, dan mal-mal lainnya, aku menyempatkan diri ke Toko Buku terbesar di Singapura "Kinokunia Book Store".

Tempat belanja yang lain ada pula di Bugis Village, Chinatown, Arab street dan Little India. Konon di tempat-tempat ini, harga-harga jauh lebih murah dibandingkan di tempat-tempat lain. Ku sempat terkecoh ketika jalan-jalan ke Little India; ketika akan makan siang, aku tertarik untuk menikmati makanan di RM Madura, pikirku dari namanya saja paling tidak ada makanan khas Indonesia. E… ternyata semua makanan serba India. Apa boleh buat, kudu terlanjur duduk manis, kupaksakan saja makan nasi kari ayamnya yang minta ampun aroma bumbunya amat sangat menyengat
Toko 3 for 10 $ adalah area favoritku, sebab aku dapat memilih pernak-pernik di sini. Mulai dari patung pajangan, tas, kaos, bros, kalung, taplak meja, sarung bantal, gantungan kunci, bahkan jam tangan ada di sini. Murah meriah untuk souvenir.

~ "Pusing-pusing" di Singapura

By : Titi Yuliaty

“Pusing- pusing” yang dimaksud dalam judul posting ini, tentu saja tidak berhubungan sama sekali dengan sakit penyakit. Aku hanya meminjam istilah anty Ross, yang menyebut “jalan-jalan” (berwisata) dalam bahasa Malay sinonim dengan kata “pusing-pusing”
Sembari menunggu jadwal pertemuan dengan dokter, waktu yang ada kugunakan untuk “pusing-pusing”. Kali ini, perjalanan wisataku, tanpa pemandu khusus. Hanya berbekal buku panduan yang dikelola Capitaland aku menyusuri tempat-tempat wisata di Singapura.


Pulau Sentosa

Daerah wisata di Singapore yang masuk urutan pertama dalam daftar agenda perjalananku adalah Pulau Sentosa. Letaknya di Selatan Singapura, terdiri atas 20-30 landmarks, seperti Fort Siloso, yang dibangun sebagai benteng untuk bertahan dari Jepang selama PD II.
Untuk dapat sampai di tempat ini, kita bisa menggunakan MRT, Sentosa Express, Bis Sentosa, Kereta Gantung, dan layanan Bis Sentosa SIA Hop-on. Akan tetapi, karena cahaya hatiku masih harus mengenakan masker saat keluar rumah, aku merasa lebih aman dan nyaman naik taksi saja. Selain karena sopir taksinya
memang mengenal dengan baik lokasi dan rutenya yang kutuju, (tentu saja tidak dibawa berputar-putar dahulu seperti yang sering kali terjadi di tanah air) mereka juga bisa menjadi “pemandu wisata” gratis.

Tiket masuk standar ke pulau ini adalah SGD 3,00 per orang, dewasa pun anak-anak. Karena taksi tidak diperbolehkan “beroperasi” dalam pulau, maka kami diantar sampai ke pangkalan taksi saja untuk selanjutnya menggunakan bis wisata gratis yang disediakan pihak pengelola, berbaur dengan wisatawan-wisatawan lain dari berbagai Negara.Umumnya mereka berasal dari Cina dan Indonesia, walaupun juga ada dari Eropa, Amerika, Arab, Jepang, Vietnam dan lain-lain.


Underwater World adalah tempat pertama yang kami kunjungi di pulau ini. Salah satu oceanarium yang konon kabarnya terbesar di Asia. (Tapi jika dibandingkan dengan Indonesia, menurutku Sea World di Ancol jauh lebih besar). Mungkin karena luas area negara ini sangat terbatas, sehingga oceanariumnya juga "terbatas". Di sini kita dapat menikmati beberapa species ikan dan makhluk biota laut.


Setelah puas menikmati beragam species makhluk laut, kami melanjutkan perjalanan ke Dek Pandang di Mouth Gallerynya Marlion. Dari tempat ini, kita dapat melihat pulau Batam dan pulau Bintan di tanah air. Sebelum sampai ke dek, kami menyempatkan diri menyaksikan legenda ditemukannya negeri ini. Tak ketinggalan menelusuri Walk Marlion.


Ngomong-ngomong anda tahu gak perbedaan si Marlion yang bersisik 320 buah itu dengan binatang-binatang lain? Aku sendiri gak tahu. Tapi kata uncle driver: "Perbedaannya adalah karena marlion pipis lewat mulut." Hehe... ada-ada saja si uncle

Dolphin Lagoon, adalah tempat berikut yang kami tuju . Di sini, kami menyaksikan atraksi lumba-lumba merah muda dan menikmati pantai-pantai indah yang ada di pulau dengan menggunakan Beach Trams. Pulang pergi dari ujung ke ujung, sampai akhirnya berhenti dan makan siang di Tanjung beach. Bagiku berbaur bersama wisatawan mancanegara mempunyai nuansa tersendiri.



Butterfly Park & Insect Kingdom adalah tujuan berikutnya setelah makan siang. Sebenarnya aku agak kecewa, sebab selain areanya yang sangat kecil, kupu-kupunya juga sangat sedikit (mungkin lagi pada malas terbang di siang bolong), mahal pula tiket masuknya.

Penasaran dengan Mr. Marlion yang pipis melalui mulutnya (stttt.. itu kata uncle driver lho), kami kembali ke tempat ini (perjalanan yang tidak efektif tetapi tetap dinikmati hehehe). Naik Sentosa Express, mutar-mutar lalu balik ke stasiun yang sama. Setelah puas berpose (ceile seperti foto model saja), kami ke Images of Singapore lalu naik cable car untuk kembali ke rumah. Sayang kami tak sempat menikmati Tiger Sky Tower.


“Pusing-pusing" di Sentosa Island berakhir. Lelah, tetapi nikmat. Nikmat, namun mahal, bahkan sangat mahal untuk kantongku. Dari tempat-tempat yang aku kunjungi di atas, aku harus merogoh kocek kurang lebih SGD 350.00 untuk 4 orang. Setara dengan 2.275.000 rupiah jika kurs 1SGD= Rp.6500









~ Baliho

By : Titi Yuliaty

Harap maklum, jika menjelang pilpres tahun 2009, dan pemilihan wakil-wakil rakyat baik di pusat pun di daerah terjadi "perang '' baliho di mana-mana. Orang berlomba-lomba memasang baliho dirinya di daerah pemilihannya masing-masing. Tidak terkecuali di kotaku. Dari poros jalan protokol hingga ke gang-gang sempit dipenuhi dengan baliho-baliho para kandidat. Ada yang memasang gambar dirinya dilengkapi jabatan dalam partai dan nomor urutnya. Ada pula yang mungkin lebih pe-de jika mengikutsertakan gambar ketua atau penasehat partainya dari pusat. Bahkan ada yang menampilkan foto keluarganya yakni ayah, ibu dan anak. Baliho, sungguh-sungguh menjadi iklan politik.

Sebenarnya wajar dan sah-sah saja, asalkan tidak mengganggu pemandangan dan keindahan kota, apalagi membuat kesembrawutan di jalan-jalan. Namanya saja baliho. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia baliho berarti publikasi yang berlebih-lebihan ukurannya agar menarik perhatian masyarakat (biasanya dengan gambar besar di tempat-tempat ramai). Jadi gak salah bukan? Tetapi menjadi aneh jika daerah pemilihan sang kandidat di Provinsi A, balihonya dipasang di Provinsi B. Bukankah baliho itu dipasang untuk memperkenalkan/ mempromosikan sang kandidat kepada khayalak? Bukankah melalui baliho itu terjalin komunikasi non verbal kepada orang banyak? Dengan kata lain, melalui baliho, tersirat makna , "Ini lho, aku dari partai X nomor urut C nama NN. Pilih aku ya." Paling tidak itu yang aku tangkap sebagai salah satu dari sekian banyak komunikan. Lalu kalau balihonya dipasang di daerah yang bukan daerah pemilihannya kan jadinya mubasir.

Tapi yang ini, benar-benar terjadi. Di kotaku, selain baliho para kandidat, termasuk cawali dan cawawali, cawara tingkat pusat, provinsi dan kotamadya, juga diramaikan oleh baliho yang memuat gambar Barack Obama sang kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat. Konon kabarnya ada 320an baliho yang memuat gambar beliau, dengan berbagai jenis ukuran. Menurut berita terakhir yang kudengar dari Radio Venus, sang pemprakarsa mensponsorinya sebagai bentuk dukungannya kepada Obama terhadap salah satu point dari rencananya jika kelak terpilih menjadi Presiden AS yakni menarik mundur pasukan AS dari Irak. Salut!!! Tapi apa Om Barack tau gak ya klo balihonya juga menghiasi jalan-jalan protokol di kotaku. Hmmmm...... .