"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

~ Setahun telah berlalu

Pagi ini tepatnya, Rabu, 28 Okt 2009 aku bangun lebih awal dari biasanya. Sembari menyiapkan sarapan ke tiga cahaya hatiku (Si sulung sudah di Malang), aku mulai menyusun catatan-catatan kecil dlm benakku, hal-hal yang harus kulakukan hari ini. Kuseruput secangkir teh, untuk menghangatkan badanku dari dinginnya desiran angin pagi. Sayup terdengar lantunan lagu Koes Plus:"...... setahun telah berlalu....."

Setahun telah berlalu ....... Ya! Aku tertegun dan terhenyak. Tertegun bukan karena .....kau putuskan cintaku.... seperti kata Koes Plus dalam tembangnya ini, akan tetapi, karena setahun telah berlalu vonis dokter itu jatuh kepada cahaya hatiku. Vonis yang membuat seluruh kedirianku gamang kala itu. Tiba-tiba saja anganku melayang ke "belakang". Masih tersimpan rapi dalam memori, ketika team dokter di NUH memberikan simpulan akhir :
"Jika kretininnya stabil di level 582-700 umol/L maka kemungkinan fungsi ginjalnya masih bisa bertahan 6 bulan ke depan. Tetapi jika kreatininnya semakin naik, maka waktu untuk bertahannya pun semakin berkurang.Tidak ada lagi cara/metode lain selain cuci darah. Alternatif lain adalah transplantasi. Hati gundah dan sedih, perih dan pilu. Apakah gerangan yg dapat kulakukan?

Setahun telah berlalu.... Ya! hari ini, tepat setahun.
Secangkir teh hangat tak mampu mengusir hawa dingin, pagi ini. Aurima pun tak dapat memberiku kehangatan. Rasanya badanku semakin gemetar ketika satu per satu rangkaian peristiwa sakitnya cahaya hatiku sampai pada vonis dokter, mampir di benakku. Bak sebuah film yang berputar kembali. Slide per slide satu-satu bermunculan, menyentuh nadi hidupku. Menggigil dalam luapan rasa yang tidak terbendung.... Ketika kusadari sang Tabib yang Agung tetap berperkara dalam diri cahaya hatiku.

Trimakasih Tabibku. Aku tahu Engkau tidak tinggal diam. Kau beri waktu dan kesempatan bagi cahaya hatiku, lebih dari yang dipikirkan manusia. Menghirup nafas kehidupan, menjalani hari-hari yang Kau rajut baginya. Rasanya, naif jika aku bertanya sampai kapan? Sebab itu adalah hak dan wewenangMU. Yang ku amini dan ku imani ialah bahwa Engkau turut bekerja dan berp[erkara untuk mendatangkan kebaikan bagi cahaya hatiku.

~ Sang Penjaga


Sore itu, angin bertiup agak kencang. Kilat menyambar-nyambar di tengah gelegar sang guntur. Kulirik jam tanganku, astaga, hampir magrib. Kupercepat ayun langkahku. Sebentar lagi aku akan melewati pohon itu. Degup jantungku kian terasa, darahku berdesir dan seluruh bulu kudukku berdiri. Aku merinding. Memang bukan rahasia umum lagi tentang keberadaan pohon itu. Sebenarnya pohonnya sendiri tidaklah masalah. Hanyalah sebatang pohon sukun yamng sudah tua. Tetapi cerita yang berkembang di seputar pohon itu, tak ayal membuat aku ketar-ketir.


Maklum saja, menurut bisik-bisik tetangga, konon pohon itu terkenal angker. Banyak penjaga di sekelilingnya. Makhluk-makhluk halus sejenis tuyul, kuntilanak, jin, wewe gombel dan lain-lain berkeliaran di tempat itu. Mungkin karena tumbuhnya di lokasi ex BKIA, maka makin berkembanglah ceritanya. Masih kata mereka, yang banyak "berkeliaran" di seputar pohon itu adalah kuntilanak yang berwujud seorang ibu (iiiihhhhh...). Kadang-kadang pula terdengar tangisan bayi atau seorang wanita yang terisak-isak, walau tak ada siapa-siapa di sana.


Kutatap ke atas, mega hitam, kian menggelayut, seakan tak kuat lagi menyanggah tubuhnya. Sepertinya, ia ingin segera menghempaskannya ke mayapada ini, agar bebannya menjadi ringan. Sang dewi malampun tak mau menampakkan paras eloknya. Kuayunkan langkahku secepat aku bisa. Upss, akhirnya tiba juga di rumah. Aku menghembuskan nafasku kuat-kuat. Seakan-akan dengan melakukan itu, beban ketakutannku turut terhembus.


Di luar sana, desiran angin kian kencang; ditingkahi kilatan kilat yang menyambar-nyambar. Dan byuuurr.... hujanpun turun dengan derasnya. Aku meneguk segelas air hangat. Gluk...gluk...gluk..., ah, tubuhku kembali menghangat. Ketakutan-ketakutanku, pulih sudah. Bayangan sang penjaga perlahan-lahan berlalu.


Peristiwa ini, hanyalah cerita masa kecilku 25 tahun yang lalu di kampung halamanku. Sebuah kota kecil di atas ketinggian.
Sekarang, jika aku berjalan melewati pohon itu, aku tak takut lagi. Bukan karena aku sudah "besar" dan tinggal di kota pula, namun karena penjaga-penjaganya sekarang sudah semakin hebat. Jika dulu dalam benakku, penjaga-penjaga itu bertampang sangar dan mengerikan, maka sekarang tampang-tampang mereka justru keren habis. Pintar-pintar pula. Menebar pesona, kepada siapa saja yang melewatinya. Dengan senyuman khas masing-masing, mereka betah menjadi sang penjaga. Ya... senyum-senyum calon legislatif.

Tetapi itu tidak penting bagiku. Yang lebih penting dan lebih utama, mengapa sekarang aku tak takut lagi ketika berjalan melewati rindang dan lebatnya ataupun kering dan kerontangnya "pepohonan hidup" ini. Karena aku mempunyai "Penjagaku" sendiri. Aku tahu, Ia takkan membiarkan kakiku goyah, dan Iapun tidak akan terlelap menjagaiku. Ia setia menjaga keluar masukku dari sekarang sampai selama-lamanya (Mazmur 121 :1-8). Trimakasih "Sang Penjagaku." Amin

~ Pesan dalam Pesan

Pesan dalam pesan. Kupikir judul ini tepat untuk menggambarkan proses terjadinya penyampaian pesan antara aku dan Salce. Soalnya pesan inipun diforward kawannya dari kawannya kawannya, yang juga diterima dari kawannya kawannya dan kawannya kawannya (eh... koq banyak banget ya). Tetapi siapapun sumber utamanya, aku bersyukur dan berterima kasih bisa membacanya pula. Rasanya gak adil klo berhentinya di aku saja, maka kuteruskan isi pesan itu melalui blog ini. Kiranya anda sebagai komunikan saat ini, menangkap pula makna yang terkandung di dalamnya agar proses komunikasi disebutberhasil. Selamat merenung.!

SEMENIT SAJA
Betapa besarnya nilai uang kertas Rp.100.000 bila dibawa ke Gereja sebagai persembahan ; namun betapa kecilnya jika itu, dibawa ke Mall untuk dibelanjakan
Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit, namun betapa singkatnya kalau untuk menonton film.

Betapa sulitnya mencari kata-kata ketika berdoa (spontan), namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra, namun ketika khotbah di Gereja lebih lama sedikit daripada biasa kita justru mengeluh.

Betapa sulitnya untuk membaca satu ayat Kitrab Suci, tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser, namun ketika berada di Gerejalebih senang berada di kursi paling belakang.

Betapa mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 3 hari untuk berpuasa.

Betapa sulitnya menyediakan waktu untuk ibadah; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam Kitab Suci ; namun
betapa mudahnya mengulang-ulang gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran, namun betapa seringnya kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci.

Betapa setiap orang ingin masuk sorga andai tak perlu untuk percaya atau berpikir, atau mengatakan apa-apa, atau berbuat apa-apa.

Betapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon melalui e-mail, dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api; namun betapa seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya dan mensharingkannya, serta langsung klik pada icon DELETE kalau ada mail yang isinya tentang Kerajaan Allah.

ANDA TERTAWA ...? atau ANDA BERPIKIR-PIKIR. ..? RENUNGKANLAH!

~ Reuni dadakan di Clarion



Sambil menyelam minum air, begitulah kira-kira pepatah yang tepat untuk menggambarkan bagaimana sigap dan tanggapnya pengurus IKA STT Intim dalam menangkap peluang dengan cepat dan tepat. Betapa tidak, di selah-selah kesibukan persidangan MPL PGI, para alumnai/alumnae masih dapat "dikumpulkan" untuk memberikan konstribusi pemikiran bagi almamater tercinta melalui pertemuan dengan Assesor (Badan Agreditasi Perguruan tinggi Swasta) semalam di Clarion Hotel Makassar. Dihadiri 22 orang alumni/e yang nota bene pemegang tongkat kepemimpinan tertinggi di sinode gereja masing-masing, juga beberapa yang berkarya dalam struktur PGI, diskusi dapat berlangsung dalam suasana santai, akrab dan kekeluargaan. Semua mempunyai visi yang sama. "STT Intim harus lebih baik dari hari kemarin". Harapan, yang sekiranya mungkin dinampakkan melalui relasi dalam nuansa kekeluargaan, kedekatan emosional antara semua pihak (Dosen, karyawan dan mahasiswa) kembali ditingkatkan, agar STT Intim, menjadi "seminari" kembali.
Setelah ke dua Assesor meninggalkan ruangan, percakapan dilanjutkan oleh ketua STT Intim yang baru terpilih, Pdt. Daniel Sopamena, MTh. Menginformasikan sekilas kondisi kampus ungu. Dalam arahannya, beliau memberi kesempatan yang sebesar-besarnya dan seluas-luasnya kepada Pengurus Ikatan Alumni untuk menjalankan programnya tanpa campur tangan pihak sekolah atau Yayasan, walau tetap memantau dan meminta pertanggungjawaban. Dengan kata lain, bagaimana pengurus IKA STT INTIM menjembatani alumni/e dengan sekolah dan yayasan.

Dipandu oleh Pdt. Dr. Yusuf Mangumban, Pdt Lidya Tandirerung, MA, MTh dan beberapa pengurus IKA lainnya (seperti gambar di atas), kembali disepakati bahwa:
~ Iuran wajib bagi para alumni/alumnae per tahun sebesar Rp 120.000,- terhitung sejak tahun 2007 (terbentuknya pengurus baru)- ada kenaikan Rp 20.000 dari periode sebelumnya.

~ Sistim regionalisasi alumni/alumnae STT INTIM Makassar, merupakan penggabungan antara wilayah domisili dan gereja pengutus.
Misalnya: Alumni/alumnae yang berdomisili di kota-kota besar dapat menganut sistim wilayah domisili. Seperti: Ikatan alumni STT Intim Makassar di Jakarta ; maka semua alumni/alumnae STT Intim Makassar yang ada di Jakarta tergabung di dalamnya . Atau Ikatan Alumni STT Intim Makassar di Makassar, maka semua alumni /alumnae STT Intim Makassar yang berdomisili di Makassar utusan gereja manapun, tergabung di dalamnya.
Sementara di daerah-daerah basis gereja pengutus, tetap menggunakan gereja pengutus. Seperti Ikatana Alumni STT Intim Makassar utusan GT di Toraja; GTM di Mamasa; GBKP di Karo, Gepsultra di Kendari dll.

~Iuran sukarela dapat diberikan sesuai dengan kemampuan atau berkat masing-masing.
Catatan : Iuran sukarela yang dimaksudkan adalah tambahan jumlah pada iuran wajib.
Adapun dana-dana yang terkumpul, dimaksudkan untuk mendukung biaya sertifikasi, sebagai wujud kepedulian kita pada almamater tercinta.

Karena itu diharapkan setiap alumni/alumnae berkenan mengirim kewajiban tersebut ke nomor rekening Ikatan Alumni STT INTIM Makassar di BRITama Mks, cab Ahmad Yani, dengan nomor rekening 0050-01-060573-50-7. Please...., Please......, Please.....
Untuk lebih jelasnya silahkan baca surat yang akan segera menyusul.

Jika ada input-input bagi pengurus, silahkan disampaikan melalui email ikatanalumnisttintimmakassar@yahoo.com atau ikasttintim@yahoo.com.
Mau berbagi pengalaman? Bergabunglah di yahoo group : alumniintim@yahoo.com . Di sana Bang Robert Marthin (ini lho yang nunjukin punggungnya doang), Kak Frans Wanta memoderatorinya.
Dikarenakan akulah yang termuda dari semua yang hadir, maka sebagai wujud penghormatan seorang adik kepada kakak senior, tugasku tak jauh-jauh dari pelayanan meja alias konsumsi (E... jadi ingat nostalgia di kampus ungu)). Tugas tambahan lain adalah mendokumentasikan jalannya acara. Tapi eiiit... jangan salah, sesudah tugas itu, aku harus kembali ke tugas pokokku, duduk di meja pimpinan sebagai bagian dari pengurus Ikatan Alumni menemani Ooom Ucup dan tante Ida berbla...blaa kepada beliau-beliau. hehehe..

Ada pertemuan pasti pula ada perpisahan. Itulah siklus hidup. Karena siklus itu pulalah sehingga berakhirlah "reuni dadakan" ini di Sungai Carekang, dengan segelas sarabba dan sepiring bakara' (sukun) serta pisang goreng.(Sttttt....jangan bilang2 ya, Bang Erick paling banyak habisin sukunnya). Menikmati SATEL alias sarabba campur telur, sembari membawa angan kembali ke masa lalu. Bagi yang punya memori di Jagungbakar 31 tersenyum2 sendiri sambil menyeruput SATELnya. Sruuut......, nikmat benar.

~ Temu Kangen Masyarakat Toraja di Makassar

Hari Rabu tanggal 11 Februari 2009, bertempat di Ball Room - Makassar Golden Hotel diadakan :"Temu Kangen/Sitammu Mali' Masyarakat Toraja 2009" yang dihadiri oleh kurang lebih 200 orang Toraja, khususnya yang berdomisili di Makassar walaupun ada juga yang datang dari Jakarta, Toraja dan beberapa daerah lain. Tak lepas dari Sitammu Mali' alias kangen-kangenan, moment yang jarang-jarang terjadi ini pada intinya mensyukuri kasih dan rahmat Tuhan. Terlebih lagi bahwa di "awal" tahun ini, Dia pun berkenan "mengutus" seorang putra daerah Bpk Irjen Polisi Mathius Salempang menjadi perpanjangan tanganNya di jajaran kepolisian RI sebagai KAPOLDA SULSELBARA.

Prof. Dr. Randanan Bandaso' sebagai penginisiatif acara bersama Dr. Daniel Sampepajung, mengawali sepatah katanya dengan Dji Sam Soe. Dji Sam Soe, yang identik dengan angka 234 itu, diartikan oleh beliau sebagai berikut: dibutuhkan 2 jam persiapan, 3 menit presentasi dan 4 jam sakit belakang. (tentu saja ini berdasarkan hasil survei dan pengalaman beliau sendiri). Karena itu beliau memang hanya menyampaikan 3 hal pokok, yang semuanya adalah permintaan maaf. "Tidak ada lelang dan tidak ada permohonan donatur untuk pembangunan gedung gereja," demikian ditambahkannya. Rupa-rupanya hal ini harus dipertegas agar para tetamu tidak kuatir kena "Dor" untuk menyumbang. Harap maklum di kalangan masyarakat Toraja beliau berdua ini memang dikenal sebagai "peminta-minta berdasi" bagi pembangunan gedung Gereja Toraja Jemaat Bawakaraeng.

Sebagai penggagas acara, Komjend Ismerda Lebang, yg juga memprakarsai "Toraja Mamali'",beberapa waktu yang lalu ditandai dengan berdirinya Monumen Juang di Makale saat ini, memberi arahan dan nasehat bagi semua yang hadir . Pada intinya berisi seruan untuk saling mendukung satu dengan yang lain lewat doa, sikap dan perilaku. Bukan untuk saling menjatuhkan. Sehingga kehadiran kita menjadi kehadiran yang bermakna.
Secara pribadi saya melihat, seruan ini sebagai suatu ungkapan yang singkat, tetapi sarat makna. Semoga semua yang hadir memahaminya juga seperti itu.

Bapak KAPOLDA sendiri, hadir agak terlambat, oleh karena sebelumnya harus mengikuti HPI. Sekalipun demikian, hadirin tetap setia mendengar ungkapan hatinya saat beliau diberi kesempatan untuk menyampaikan hal itu.
Yang menarik bagi saya ialah ketika dengan penuh kerendahan hati beliau berkata: "Masih banyak orang lain yang punya kelebihan dan kepintaran di atas saya. Senior saya, teman-teman saya, adik-adik saya dan lain-lain, akan tetapi mengapa saya? Semata2 saya pahami karena Tuhan berkenan untuk itu. Sekiranya mungkin saya ingin seperti Gideon yang diutus, dipimpin dan diberi janji keberhasilan oleh Dia dalam melaksanakan tugasnya."

Rasa hormat kepada para "pendahulunya" dinyatakannya pula lewat ungkapan terimakasih kepada Bapak Sallebayu Palinggi' dan Bapak Ismerda Lebang yang menurut beliau berperan penting dalam kariernya. Selain kedua orang di atas, menurut hemat saya, ada 2 tangan halus perempuan yang tidak kalah penting memberi sumbangsih yang sangat berarti dalam hidup beliau yakni istri dan ibunya. Di balik tangan-tangan halus itu, ada tangan yang lebih besar dan lebih berkuasa yang merenda dan merajut beliau sampai saat ini. Tangan yang sering kali tak terlihat dengan kasat mata tetapi terselami hanya dengan mata iman. Tangan yang sama, yang sudah mengutus, memimpin dan memberi keberhasilan kepada Gideon.

Menarik menyimak pidato beliau ketika dilantik di Jakarta, sehari sebelumnya. Dengan tegas dan tandas beliau mengatakan trimakasih atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepadanya sebagai putra Sulawesi Selatan yang lahir dan besar di Sulawesi Selatan untuk mengabdi kembali di Sulawesi Selatan. Mungkin anda bertanya, mengapa Sulawesi Selatan tak digantinya saja dengan Toraja? Bukankah ia memang lahir dan besar di sana?
Tentulah beliau sudah memahami dengan sungguh bahwa tanggungjawab yang diembannya bukan hanya untuk sekelompok atau segolongan tertentu orang saja, melainkan seluruh masyarakat Sulawesi Selatan dan Barat. Tidak pandang suku, agama, pendidikan dan latar belakang lainnya.


Suatu komitmen yang luar biasa dibangun diawal masa jabatannya. Dapatkah itu terlaksana? Meminjam slogan Oom Obama "Yes, we can." Asalkan ada kebersamaan, kemauan, kerja keras dan kepercayaan dari semua pihak, kapanpun dan dimanapun.
Sebagai bagian dari masyarakat Sulselbara pada umumnya, dan orang Toraja khususnya, tentu saja saya berbangga.


Malam semakin larut, para tetamu harus kembali ke tengah-tengah kesibukannya. Suka tidak suka acara harus ditutup. Tepat pukul 10.30 malam waktu MGH, doa penutup dipanjatkan. Penginisiatif bersama "krunya" berpose sejenak. Kesempatan ini tentu saja tak disia-siakan oleh penulis. Ups, legah rasanya. Waktu 3 hari yang diberikan untuk mengemas acara ini dapat berjalan dengan baik. Thanks God.

Kepada Bpk Irjen Polisi Mathius Salempang, terucap Selamat dan sukses dalam jabatan baru sebagai KAPOLDA SULSELBARA . Teriring doa kami untuk bapak dalam karya dan kerja; jerih dan juang. Semoga tangan kuasaNya tetap memimpin bapak dalam membawa warna baru di daerah tercinta ini. Bravo!

~ Arah

By: Titi Yuliaty Mangape

Beberapa hari yang lalu, ketika sedang berada di Jakarta aku berencana membeli beberapa buah buku. Selain untuk memenuhi banyak tugas juga untuk menambah koleksi bacaan. Dikarenakan aku orang kampung yang tidak tahu jalan di ibu kota, peta pun tak punya, maka tak ada cara lain, aku harus minta tolong kepada seorang sahabat untuk menjadi pemandu.

Berhubung sahabatku ini agak aneh, ketika pertama kali aku minta kesediaannya untuk mengarahkanku dan memberiku alamat lengkap toko buku yang kumaksud, dia malah berkata "Tak tahulah awak..... bla, bla, bla,..."
Lho!? Ya iyalah! Masakan aku tanya klo aku tahu. Dasar belenk. (Aku ngedumel dalam hati)
Beruntung keesokan harinya, mungkin karena suasana hatinya lagi baik (ssstttt, rada-rada tendensius nih), ketika aku minta dipandu lagi dari tempatku menginap, ia langsung bersedia mengarahkanku ke mana aku harus jalan dan melalui jalan2 apa saja hingga aku bisa tiba di Toko Buku yang dimaksud .

Aku tidak tahu apakah sopir taxi yang mengantarku, mengikuti arah jalan berdasarkan panduan sahabatku itu, ataukah ia sendiri punya route yang tetap, yg pasti aku bisa tiba di tujuan dengan selamat dan boleh pulang membawa beberapa buku.

Berbicara soal arah, seringkali sebagai orang Kristen kitapun tidak tahu arah dalam hidup kekristenan kita. Atau mungkin pula kita tahu tetapi pura-pura tidak tahu. Padahal tdk terlalu sukar untuk mencarinya, tidak terlalu sulit untuk menemukannya. Asal saja kita mau, asal saja ada komitmen. "Peta" itu sudah ada di tangan kita. Untuk sampai di tujuan, kita tinggal membukanya, mempelajarinya dan mengikutinya. Tak perlu ngedumel dalam hati, tak perlu ragu-ragu. Berjalanlah mengikuti petunjuk itu. Niscaya anda akan sampai di tujuan dengan selamat.

~ Menghitung Hari

Rabu, 2009 Januari 14

Sepekan, sejak kepulanganku dari Singapore, aku mengecek kembali kreatinin dan urea cahaya hatiku. Bak disambar petir di sian bolong, aku terhenyak kala hasil resultnya menunjukkan kenaikan yang signifikan. Kambali vonis dokter terngiang-ngiang di telingaku. Tak terasa air mataku jatuh meleleh, tak kuasa rasanya menghadapinya. Akankah vonis itu akan menjadi kenyataan? Aku takut, sungguh-sungguh takut. Dalam doa aku berseru : Tuhan, aku bukan ibu yang baik, aku telah gagal menjadi ibu bagi Maganta.Anak ini lahir atas kuasaMu yang sempurna. karena itu, aku menyerahkan semuanya kembali kepadaMu pula. Tetapi jika Engkau masih percaya padaku, beri kesempatan sekali lagi untuk merawat dan membesarkan anak yang Engkau titipkan padaku. Curahkanlah rahmat kesembuhanMu, Bapa agar kami dapat memuliakan NamaMu. Ampuni segala dosa dan kesalahanku. Kiranya tidak menjadi penghalang Engkau menyatakan cinta kasihMu baginya. Amin.

Sekarang. Tak terasa, kita sudah menginjakkan kaki di hari ke 14 tahun yang baru ini. 2 minggu serasa baru kemarin. Waktu begitu cepat berlalu. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, minggu berganti bulan dan seterusnya, dan seterusnya.

Aku merenung sejenak, menghitung hari-hari yang telah kulewati bersamanya. Dua bulan, dua minggu. Yah, dua bulan dua minggu sejak kepulanganku dari Singapore mendampinginya untuk kontrol. Masih terngiang-ngiang dengan jelas kesimpulan Prof bersama teamnya bahwa fungsi ginjal cahaya hatiku masih bertahan 6 bulan ke depan. Itupun jika kreatininnya stabil di kisaran 582-700 umol/L. Masih jelas angka-angka yang bertambah pada kretaininnya. Saat ini, dua bulan, dua Minggu tlah berlalu, masih tersisa waktu tiga bulan dua Minggu. Entah apa yang akan terjadi, aku tidak tahu. Yang kutahu hanyalah, Tuhan masih sedang merajutku bersama cahaya hatiku melalui pergumulan ini. Dan aku yakin, Dia tidak membiarkanku sendirian menghadapinya. Pada waktuNya pula, Ia pasti menyatakan kesembuhan baginya. Asa

~ Kontrol 2

By: Titi Yuliaty Mangape

Kali ini, pejalanan ke Singapore kami tempuh via Otorita Batam. Selain pengiritan biaya, juga sekalian jalan-jalan dan bertemu dengan beberapa teman capt di kota ini. Kami transit beberapa jam di Cengkareng. Sebenarnya ada kerinduan menjenguk sahabat belenkku yang saat itu terkapar di Rumah Sakit karena disedot oleh si cantik Aedes, namun karena tak ada konfirmasi balik darinya, maka waktu yang tersisa kami gunakan untuk istirahat sejenak di bandara. Tiba di kota batam, dari Hang Nadim airport kami meluncur langsung ke Hotel untuk bertemu teman2 capt yang sudah menunggu. Berbagi cerita, berbagi tawa, saling menguatkan dan saling menghiburkan. Pdt. Mila Pakau dari GT Jemaat Batam bersama dengan seorang Majelis Gerejanya datang berdoa sebelum kami melanjutkan perjalanan. (Terimakasih kawan)

25 Oktober 2008
Sore hari waktu setempat, kami harus masuk isolation room. Rencananya, sore ini juga, cahaya hatiku akan diijeksi metapret untuk yang ke 5 kalinya. Namun dari hasil diskusi dengan Prof Yup setelah melihat result Mr. TB yang menunjukkan kreatininnya berada di level 695 umol/L, ternyata injeksi ini dihentikan. Menurut beliau jika diteruskan pun, tidak akan memberi pengaruh lagi kepada fungsi ginjal cahaya hatiku dan besar kemungkinan justru akan membahayakan organ-organ tubuhnya yang lain.
3 hari di NUH, hanya untuk dievaluasi seberapa banyak air yang harus diminum, bagiku sebenarnya hanya membuang biaya saja, tetapi apa boleh buat untuk kebaikan cahaya hatiku, aku rela.

27 Oktober 2008
Cahaya hatiku diperkenankan, tinggal di luar NUH. Kami memilih China Town sebagai tempat menginap. Selain apertemen2 di tempat ini terbilang "murah" (walau masih mahal bagi kantong kami), juga karena tidak terlalu repot dalam mencari kebutuhan sehari-hari. Lagi pula suasananya ramai, sehingga tidak membuat be-te.

28 Oktober 2008
Setelah Result Mr. TB keluar. Prof menjelaskannya kepada kami. Penjelasan yang membuat kepalaku pening seketika. Mataku berkunang2. Badanku gemetar. Kesimpulan terakhir beliau: "Jika kretininnya stabil di level 582-700 umol/L maka kemungkinan fungsi ginjalnya masih bisa bertahan 6 bulan ke depan. Tetapi jika kreatininnya semakin naik, maka waktu untuk bertahannya pun semakin berkurang.Tidak ada lagi cara/metode lain selain cuci darah. Alternatif lain adalah transplantasi". "Tidak ada jalan lain Prof?" kata capt menegaskan. Beliau menggeleng. "Anda lupa, masih ada dokter di atas segala dokter, Are you beleve?" ujar capt. Beliau tersentak, sembari tersenyum berkata, "Yes, I beleave, pray strong." Dalam hati aku mengamini. Ya, aku percaya bahwa mujizat itu nyata.

Cahaya hatiku masuk dalam kategori penderita penyakit ginjal kronik yang telah mulai kehilangan kemampuan filtrasi glomerulus ( kemampuan ginjal menyaring zat tertentu dalam darah ), akan mengalami penurunan fungsi ginjal secara bertahap hingga mencapai gagal ginjal terminal. Penyakit ginjal kronik tahap terminal ( end stage renal disease= ESRD ) adalah penyakit dimana kerusakan ginjal bersifat menetap dan irreversible.
Penurunan fungsi ginjal , sampai tersisa kurang dari 15%, menyebabkan zat-zat sisa yang tidak bermanfaat lagi bagi tubuh tidak dapat dikeluarkan dan akhirnya meracuni tubuh.

Untuk mengantisipasi kejadian yang teburuk, kami disarankan untuk melihat langsung jenis-jenis 'mesin cuci darah'. Aku sendiri tidak berani. Badanku masih gemetar, sehingga capt saja bersama Dr. Martha yang pergi melihatnya. Katanya ada 2 jenis dialisis ini yakni :
1. Hemodialisis ( HD = ''cuci darah'' ). Pada hemodialisis darah dipompa keluar dari tubuh lalu masuk kedalam mesin dialiser ( yang berfungsi sebagai ginjal buatan ) untuk dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis. Setelah dibersihkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh. Menurut capt mesin ini berukuran besar.
2. Dialisis peritoneal ( cuci darah lewat perut ), di sini proses ''cuci darah'' dilakukan di dalam tubuh melalui selaput/membran peritoneum ( selaput rongga perut ). Mesinnya relitive berukuran kecil, dan menurut informasi dapat digunakan sendiri di rumah. Harganya di atas 100 juta. Aku terpekur mendengar penjelasan ini.

30 Oktober 2008
Ke NUH untuk mengambil obat-obatan dan injeksi

1 Nopember 2008
Kembali ke tanah air. Dari Changi airport ke Sukarno Hatta. Ganti pesawat dan kembali ke Makassar. Ada sejuta tanya. Ada setumpuk pergumulan. Sekian lama aku berusaha mencari "kesembuhan" itu meninggalkan orang-orang yang kukasihi; meninggalkan pelayanan; meninggalkan study, tetapi pada akhirnya aku hanya mendapatkan vonis seperti ini? bahwa ginjal cahaya hatiku hanya akan bertahan 6 bulan saja? Apakah yang akan terjadi selama 6 bulan ke depan dalam hidup cahaya hatiku? Aku tidak tahu. Apakah Dia akan tinggal diam? Berhentikah Dia merajut cahaya hatiku? Tak berkenankah Dia menjadikannya sebagai biji mataNya? Bukankah Dia adalah Tabib di atas segala Tabib? Ah... aku nelangsah. Hati kecilku berbisik, "Ti, kau sudah menyerahkan sepenuhnya, seutuhnya kepadaNya, masakan Ia tinggal diam. Biarkanlah Ia berkarya, sebab rancanganmu bukanlah rancanganNya, tetapi rancanganNya selalu membawa damai sejahtra bagimu.Jangan ragukan kuasaNYa" Aku tersentak. Ya... betul! Sekarang Ia sedang merancangkan yang terindah bagi cahaya hatiku. Amin.Amin. Ya Amin.

~ 'Transport'

By : Titi Yuliaty Mangape

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, transport artinya angkutan. Maka ketika seseorang bertanya: "Berapa ongkos transport barang-barang itu?" Maka pastilah yang dimaksud adalah biaya angkutan barang-barang itu. Tetapi entah mengapa, ketika kata ini mulai diadopsi oleh aktivis-aktivis gereja, terjadilah pergeseran makna.

Memang banyak kesimpangsiuran di seputar hal itu, akan tetapi dominan orang memaknainya sebagai "pengganti lelah" atau "ongkos capek." Walaupun masih ada beberapa yang mengartikannya betul-betul sebagai pengganti ongkos dari transportasi (angkutan) yang digunakannya dalam pelayanan, entah ketika memimpin ibadah, mengantar kelompok pelawat saat lawatan dll. Kelompok terakhir ini, biasanya mengembalikan uang yang masih tersisa dari ongkos transport tersebut ke dalam kas. Akan tetapi ada pula yang memaknainya sebagai bentuk ungkapan terimakasih atas setiap pelayanan; sehingga lebih atau kurang, sama saja-Terimakasih. Apapun pengertiannya, yang pasti UUD (Ujung-ujungnya Duit).

Karena pergeseran makna ini, maka tidak heran jika dalam setiap rapat RAPBJ di awal tahun, masalah transport ini selalu menyita banyak waktu, banyak perhatian dan banjir interupsi. Kerancuan pemahaman dan ketidaksamaan persepsi, kian memperumit. Akibatnya, pengesahan RAPBJ seringkali berlarut-larut, molor,menyita waktu berhari-hari dan amat sangat melelahkan.

Berbicara di seputar "transport" ini, memang rada-rada pelik. Ada orang yang memasang tarif pelayanannya. Jika tarif itu tdk mampu dijangkau, maka pelayanan pun batal demi tarif.
Pernah terjadi, seorang pelayan yang memimpin sebuah acara KKR, mengembalikan kembali "transport" yang diterimanya. Bukan sebagai wujud simpati atau kepedulian kepada warga jemaat yang dilayaninya yang nota bene sumber pendapatannya sangat rendah alias miskin, melainkan karena nilai "transportnya" itu kurang (menurutnya), sehingga perlu ditambah sebelum diserahkan kembali kepadanya.
Aku pun pernah merelakan gajiku dipotong sebagian, untuk menomboki "transport" atau lebih tepatnya ongkos cuap-cuap 2 sesi, bagi sahabatku yang menjadi nara sumber, dalam seminar sehari yang dilaksanakan di tempatku beberapa waktu yang lalu.

Banyak yang kecewa, ketika menerima "transport" yang tidak sebanding/sesuai (menurutnya) dengan apa yang sudah dilakukannya. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang tetap tersenyum kala mereka diberi "transport" dalam ungkapan kata terimakasih yang tulus dari orang-orang yang dilayaninya. Pun ketika mereka pulang dengan sanglampa pa'piong saja.

Dilematis memang, dalam memaknai "transport" ini. Sebab jika semua sudah dihitung-hitung dari seberapa banyak rupiah yang mengalir ke dalam kantong kita, apakah lagi makna pelayanan itu. Padahal Tuhan Yesus bersabda: "Carilah dahulu kerajaan Allah, maka semuanya akan ditambahkan padamu....." Tetapi jangan pula pelayanan jadi terbengkalai karena ongkos angkutan tidak ada.

Tak dapat dipungkiri jikalau"transport" memang perlu (dan juga penting), akan tetapi sekiranya mungkin, janganlah itu menjadi "batu penghalang" dalam melayani. Sebab jika pelayanan sudah diukur dari seberapa banyak "transport", maka terbengkalailah jiwa-jiwa yang merindukan pelayanan itu, namun tidak mampu memberi "transport" yang sesuai. Karena itu, dibutuhkan kepekaan dari setiap yang terlibat di dalamnya, baik para pelayan pun para terlayan. Semoga kasihNya tidak menyurutkan kita dalam melayani Dia hanya karena persoalan "transport" semata. Asa.


Sanglampa pa'piong adalah satu ruas batang bambu yang beirisi irisan daging atau ikan, daun mayana dan lain-lain dan dimasak dengan cara "dipanggang". Merupakan makanan khas dari kampungku.

~ Yang Tersisa


Perayaan Natal dan Tahun Baru tlah berlalu. Menyisakan setumpuk kegembiraan. Menebar berjuta asa. Membawa warna baru bagi setiap insan. Bahwa hidup dalam perdamaian dengan semua orang amatlah penting.

Sekarang, semua kembali dalam ritme hidup masing-masing. Sibuk dan sibuk lagi. Banyak hal yang harus dibenahi; banyak hal yang mesti ditata. Bukan sebatas persoalan rohaniah saja, tetapi juga, persoalan badaniah.

Agar semua dapat berjalan baik, saatnya untuk mengunjungi dokter keluarga. Sebab, bukankah di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula? Maka dari itu, aku pun harus "bekerja"ekstra keras dan ketat dalam menurunkan beberapa hal "yang tersisa" dari Natal dan Tahun Baru seperti:
1. Berat badanku yang bertambah.
2. Kolesterolku yang ikut-ikutan naik.
3. Asam uratku yang juga terdongkrak.

Bagi yang masih ingin menikmati kue Natal/Tahun baru, silahkan datang ke rumahku. Persediaan masih banyak. Toples kueku masih berisi dan "teman-temannya" juga masih ada. Buruan!! Dijamin, semua pasti kebagian. Tulisan ini sekaligus merupakan undangan.