"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

~ Oppo'ki ACO'

By : Titi Yuliaty

Ketika pesta demokrasi berlangsung di kotaku saat pemilihan walikota dan wakil walikota secara langsung untuk pertama kalinya, aku tidak di tempat oleh karena mendampingi cahaya hatiku di Singapura. Tetapi tidaklah berarti bahwa aku tidak tahu sama sekali tentang peristiwa akbar ini. Sebab dari jauh aku tetap memantau, sekalipun itu sebatas mengingatkan anak-anak di rumahku untuk melakukan hak pilihnya.

Tanggal 29 Oktober, tepat pukul 02.00 PM waktu Singapura sms-sms dari tanah air sudah mulai “masuk” ke Hpku. Semakin lama semakin gencar. Isi pesannya, hanya satu: “Oppo’ki ACO’!” Bahkan ada beberapa teman yang menelponku secara khusus, sekedar untuk menyampaikan berita yang sama, serta rencana pawai mereka keliling kota sebagai bentuk kesyukuran atas terpilihnya kembali idola mereka. Tentu saja berita ini kusambut gembira. Aku tahu rakyat sekarang adalah pemilih-pemilih cerdas. Mereka pasti sudah mengerti tawaran-tawaran program-program mana yang realistis, mana yang tidak. Mana yang masuk akal dan mana yang tidak.

Memang tokoh yang satu ini, paling akrab disapa ACO’. Terlebih ketika menjelang pilwali. Di mana-mana di kotaku, dari anak-anak SD sampai kakek-kakek, dari penjual pisang goreng keliling dan kaki lima, sampai pedagang besar di pasar dan Mall, sangat fasih meneriakkan yel-yel ini, Oppo’ki Aco’ atau IASMO. Pernah seorang kakek bercerita, cucunya yang paling kecilpun sangat fasih meneriakkannya. Sambil bermain, yel2 Oppo’ki Aco’ juga disenandungkan. Mungkin karena begitu familiarnya sosok ini, sehingga anak-kecilpun merindukannya.

Sebenarnya nama lengkap beliau adalah Ir.H. Ilham Arif Sirajuddin, MM. Tetapi aku sendiri lebih senang menyapanya Bung Ilham. Mengapa? Sebab bagiku ilhamnya memang selalu luar biasa. Paling tidak itu yang aku amati. Beberapa waktu yang lalu, ketika masih menjadi orang nomor satu di kotaku, dalam satu acara on air di sebuah radio swasta, ketika itu SI menjadi wacana yang hangat dan marak diperbincangkan orang, beliau ditanya oleh seorang bapak seperti ini: “ Pak wali, seandainya bapak menerapkan SI di Makasar ini, yakin dan percaya, Makassar pasti aman. Tidak akan ada lagi pencurian, kericuhan dlsb.” Sebagai kaum “minoritas” tentu aku ingin mendegar jawaban pemimpin nomor 1 di kotaku ini. Kupinggirkan mobilku, dan dengan hati berdegup kencang sembari menahan nafas kubuka lebar-lebar telingaku, menanti jawabannya. Tanpa basa-basi, beliau menjawab : “Seandainya ke-80 % umat muslim yang berdiam di kota Makassar ini mau menjalankan ajaran agamanya dengan baik dan benar, tanpa SI pun, Makassar pasti aman.” Aku terperangah, takjub dan bersyukur mendengarnya. Kuhembuskan nafasku kuat-kuat, bangga mempunyai pemimpin yang punya pandangan dan pemikiran yang luar biasa. Pikirku mungkin karena namanya Ilham sehingga ilhamnya memang selalu luar biasa. Andai mau cari "aman", bisa saja jawabanya diplomatis. Tetapi jawaban beliau langsung ke pokok persoalan, pas dan tandas, tanpa menyakiti siapapun dan kelompok manapun termasuk sang penanya. Tidak heran jika Motto beliau dalam memimpin kota ini adalah ‘Makassar untuk semua”. Sebab beliau sungguh-sungguh memahami makna pluralitas. Baginya perbedaan yang ada kiranya semakin meningkatkan kinerja yang baik.Dan bagiku, tidak mudah menemukan sosok pemimpin seperti ini.

Sosok yang penuh senyum, ayah dari 4 orang anak, sederhana dan “merakyat", juga dikenal banyak kalangan sebagai “Mr. Smile.” Selama 4 tahun, 2 bulan, 3 hari
memimpin kota Makassar, ia mampu mendobrak banyak hal dan berkarya spektakuler. Salah satu karyanya yang dahulu dicemoh sekarang dipuji adalah reklamasi Pantai Losari. Anjungan Pantai Losari yang kini dipadati penikmat sunset setiap petang. Dalam satu kesempatan beliau pernah berkata, “Mungkin yang paling bayak menikmati Anjungan itu sekarang , adalah mereka yang dahulu mendemo saya.” Rencana ke depan jikalau beliau masih diperkenankan rakyat menjabat jabatan ini adalah membuat anjungan Bugis Makassar dan Anjungan Toraja Mandar untuk merangkul 4 etnis yang ada di Sulawesi Selatan. Itulah salah satu symbol yang terlahir dari motto beliau, “Makassar untuk semua.”

Hal spektakuler yang lain ialah jalan tol Ir. Sutami yang semula tak ada bedanya dengan jalan biasa di Makassar, sekarang tol sepanjang 11,2 km ini, benar2 sudah tol alias bebas hambatan. Juga Bandar Udara Internasional Hasanuddin yang sekarang sudah menjelma menjadi sebuah bandara super modern. Sebagai warga kota Makassar, aku merasa bangga.. Tentu saja ini menjadi berita gembira bagi para pelancong yang ingin datang di kota Makassar. Bagi mereka yang ingin berwisata belanja, satu lagi tempat yang menawarkan kenikmatan belanja buah karya tangan dinginnya tanpa merusak fungsinya adalah Karebosi. Karebosi kini telah menjelma menjadi ruang luas yang diperuntukkan untuk warga kota Makassar,
Wah…luar biasa bukan? Selamat dan Sukses Bung Ilham. Kami menanti buah karyamu yang lain. Terimakasih atas karya dan dedikasimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar