"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

~ Di Akhir Semester 'Banyak'

By: Titi Mangape

Mengakhiri perkuliahan semester ini, Kompak '07 mengadakan acara ramah tamah bersama dengan para dosen komunikasi dari PPS UNHAS di Quadron Cafe, tanggal 16 Desember '08 yang lalu. Seperti biasa, KaDe menjadi MC.

Setelah makan malam, acara diisi dengan arahan-arahan dari para dosen. Mulai dari Prof.Dr.Andi Makkulau, Prof.Dr.Tawani Rahamma,MA, Dr. Najib dan Dr. Andi Alimuddin Unde. (Sayang, Prof Hafied Cangara gak datang). Prof. Andi dan Prof. Tawani memberikan trik-trik dalam penulisan karya ilmiah. Demikkian pula Dr Najib, dengan memberi contoh dari tulisan Pak Fadel Muhammad. Pada intinya mereka sepakat dalam memotivasi para mahasiswa agar "jangan terlena". Sesegera mungkin membuat proposal penelitian agar cepat selesai. (Insya Allah Prof)

Nahria membacakan nominasi pemenang beberapa kategori (yang disusunnya sendiri). Kategori berprestasi ditinjau dari IPK adalah Hartini Sanusi dari Komunikasi Massa, Minarni Tolapa dari Komunikasi Pembangunan, Mashrul, Abdul Malik Iskandar dan aku dari Komunikasi Pendidikan. (Catatan: Nahria gak menyebut namaku karena sentimen pribadi hehehe, stttt jangan bilangin dia ya).Mahasiswa terlucu jatuh ke tangan Hendra Jaya, Gelar ayahanda disandang oleh Bpk Suradi Yasril dan Ibunda oleh Ibu Rahmawati. Kiki adalah mahasiswa tercuek dan Nanda adalah mahasiswa tergifo alias gila foto. Nahria sendiri mengangkat dirinya sebagai mahasiswa terrajin sebab 3 semester perkuliahan ia hanya absen 1 kali. (Huebat benar dan patut ditiru)

Setelah menyaksikan kilas balik perjalanan Kompak '07 para dosen pamit pulang dan acara dilanjutkan dengan menyanyi dan joget bareng. Suntuk dengan tugas-tugas perkuliahan, jauh dari sanak keluarga menyebabkan anggota2 Kompak '07 meluapkan perasaan mereka dengan berbagai gaya dan model. Komunikasi non verbal pun tak dapat dihindari. Biar PD (katanya), maka lampu dibuat remang-remang.Telly nyanyi sambil ngumpet di belakang tumpukan sound sistem ( padahal suaranya bagus ), dan yang lain turun melantai dengan berbagai gaya dan model goyangan. Asyik! Tenan!

Tak terasa waktu semakin beranjak dan cafe harus tutup. Apa boleh buat, para tamu harus pulang dan Kompak '07 pun harus mengakhiri acaranya. Semua pulang dengan bermacam-macam perasaan. Ada yang bersuka tetapi ada juga yang be-te. Walau demikian, apapun yang terjadi, jangan lupa menyusun proposal penelitian agar cepat menjadi MSi. Tapi, "cari dulu masalahnya ya", biar KPS gak uring-uringan. Klo aku sich sebenarnya lebih senang mencari solusi, bukan masalah. Karena itu kepada teman-teman kompak '07, sudilah kiranya menolongku untuk mencarikan "masalahnya" . Ok!!

~ Dari Masa ke Masa

By: Titi Yuliaty Mangape
Rasa penasaran Lory sahabatku, yang ingin melihat kenanganku dari masa ke masa, "memaksaku" membongkar-bangkir album foto jadulku. (Takut dibilangin pelit). Sayang, hanya beberapa foto yang berhasil kutemukan. Sebagian besar tercecer akibat berpindah-pindah tempat tinggal. Kupikir banyak yang tertinggal di Jakarta ketika masih berdomisili di sana (2004-2006). Tapi tak apalah, yang penting ada, agar rasa penasaran temanku yang satu ini terjawab. Dan aku tidak selalu ditagih setiap kali bersua dengannya.

Putih-Merah

Satu-satunya foto yang tersisa ketika masih duduk di SDN No.100 Makale


Putih-Biru


Putih Abu-abu











Beberapa kegiatanku ketika masih duduk di SMAN 276 Makale (SMA I Makale)


Kampus Ungu



~ Tante Ida akhirnya terkapar juga

By Titi Mangape

Gara-gara si cantik Aedes, Tante Ida yang menurutku ( dan menurut banyak orang) punya stamina yang kuat, akhirnya terkapar juga. Kemarin aku sempat menjenguknya di Rumah Sakit Stella Maris. Saat kumasuk kamar perawatannya kulihat wajahnya sudah segar (rupa-rupanya karena baru selesai mandi). Dengan sumringah ia menyambutku. Tak lupa cipika-cipiki, walau keringat masih belepotan sana sini. Rambutnya yang sudah dipendekin, ternyata tak mampu menahan efek global warming.

Beberapa orang terperanjat ketika mengetahui Tante Ida yang super sibuk itu, terkapar akibat sedotan si kecil aedes. Bahkan dari sekian pengunjung yang datang menjenguknya, konon ada yang nyeletuk, "Koq bayi sehat masuk rumah sakit juga ya?" he...he..he.. Rupanya si aedes tidak memandang muka. Pokok e siapa saja bisa disedotnya. Tak pakai basa basi pula. Hanya 1/10 detik saja.

Dari hasil bincang-bincangku dengannya, aku tahu jika hari ini dokter sudah memperkenankannya kembali ke purpel housenya. Trombosit yang hanya 50 ribuan saat masuk rumah sakit, kini sudah kembali normal setelah 'dicor' 15 botol selama 5 hari. Tentu dengan obat-obatan dari dokter. Tak ketinggalan pula "ramuan mujarab", resep dari para pengunjung seperti air beras merah Cina, jus terung Belanda, jus jambu biji, jus kurma, air kelapa muda dan memperbanyak minum air putih. Ah... Syukurlah! Walau demikian, tante Ida harus tetap waspada, sebab kata dokter yang merawatnya jika tidak hati-hati pasca pemulihan, beberapa organ penting tubuh seperti ginjal, limfa dan hati bisa "diserang" kembali. Weleh......weleh....... ganas juga si Aedes ini.

Kurang lebih 40 hari yang lalu, sahabat belenkku juga terkapar di Rumah Sakit. Beruntung hanya dirawat 3 hari saja, sebab trombositnya beranjak cepat ke angka normal. Mungkin karena sudah pengalaman menghadapi penderita akibat ulah si bintik putih ini. Sebab sebelumnya orang rumahnya juga pernah dirawat 10 hari akibat sedotan si Aedes.

Bagi kamu yang tak ingin terkapar seperti mereka, berhati-hatilah. Antisipasi sedini mungkin mutlak diperlukan. Kebersihan lingkungan mutlak dipelihara. Jangan sampai ada air yang tergenang. Karena itu buanglah sampah pada tempatnya. Jaga stamina. Makan makanan yang sehat dan bergizi. Perbanyak minum air putih. Kalau perlu minta vitamin dan saran dari ahlinya. Karena aku bukan ahlinya, maka tulisan ini kututup sampai di sini saja.

~ Pertemuan Pengurus Ikatan Alumni STT INTIM Makassar

By : Titi Mangape

Hari ini, tanggal 22 Nopember 2008 jam 11.00 pagi, bertempat di Purple House STT INTIM Makassar diadakan pertemuan pengurus Ikatan Alumni. Sebenarnya pertemuan ini sudah yang kesekian kalinya. Namun bagiku ini adalah pertemuan pertama(Harap maklum, beberapa kali aku gak bisa hadir karena tugas).

Beberapa hal yang diperbincangkan adalah :
~ Sistim regionalisasi alumni/alumnae STT INTIM Makassar, di dasarkan atas wilayah domisili.
~ Iuran wajib ditetapkan Rp 120.000,- per tahun terhitung tahun 2008.
~Iuran sukarela sesuai dengan kemampuan atau berkat masing-masing.
Catatan : Iuran sukarela yang dimaksudkan adalah tambahan jumlah pada iuran wajib.
Adapun dana-dana yang terkumpul, dimaksudkan untuk mendukung biaya sertifikasi, sebagai wujud kepedulian kita pada almamater tercinta.


Diharapkan setiap alumni/alumnae berkenan mengirim dana tersebut ke nomor rekening Ikatan Alumni STT INTIM Makassar di BRITama Mks, cab Ahmad Yani. Jika ada input-input bagi pengurus, silahkan disampaikan melalui email ikatanalumnisttintimmakassar@yahoo.com
Untuk lebih jelasnya silahkan baca surat yang akan segera menyusul.

Ups.....akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggupun tiba. Sebagai tuan rumah yang baik, Tante Ida (Pdt Lidya K. Tandirerung, MA, MTh) menyiapkan makan siang gratis. Karena hanya berempat saja yakni kak Soan, Om Thinus Pallebangi, aku dan tante Ida, maka kami “makan timba”sepuasnya menu yang tersaji seperti babi rica (uenak benar), mie goreng dan capcae. Walau begitu masih ada “12 bakul” yang bisa dibawa pulang. Hehe… trimakasih tante Ida.

Oh ya, sekedar informasi buat teman-teman yang sempat baca blog ini, Kak Soan (Pdt. Soan Samalan) dan Kak Ocching (Pdt. Roslin Leppong) sedang bergumul karena sakit. Tolong doakan ya. Juga keluarga Pdt. Dr. S. Manabung yang “ditinggalkan” oleh istri terkasih beberapa waktu yang lalu.

Oke, untuk sementara waktu, ini saja yang dapat reporter anda laporkan. Lain kali, berita terkini tentang Kampus Ungu akan disambung kembali. Sekedar informasi, gara-gara global warming penampilan tante Ida berubah "baru" (rambut dipangkas habis). Biar gak kepanasan katanya.

~ Oppo'ki ACO'

By : Titi Yuliaty

Ketika pesta demokrasi berlangsung di kotaku saat pemilihan walikota dan wakil walikota secara langsung untuk pertama kalinya, aku tidak di tempat oleh karena mendampingi cahaya hatiku di Singapura. Tetapi tidaklah berarti bahwa aku tidak tahu sama sekali tentang peristiwa akbar ini. Sebab dari jauh aku tetap memantau, sekalipun itu sebatas mengingatkan anak-anak di rumahku untuk melakukan hak pilihnya.

Tanggal 29 Oktober, tepat pukul 02.00 PM waktu Singapura sms-sms dari tanah air sudah mulai “masuk” ke Hpku. Semakin lama semakin gencar. Isi pesannya, hanya satu: “Oppo’ki ACO’!” Bahkan ada beberapa teman yang menelponku secara khusus, sekedar untuk menyampaikan berita yang sama, serta rencana pawai mereka keliling kota sebagai bentuk kesyukuran atas terpilihnya kembali idola mereka. Tentu saja berita ini kusambut gembira. Aku tahu rakyat sekarang adalah pemilih-pemilih cerdas. Mereka pasti sudah mengerti tawaran-tawaran program-program mana yang realistis, mana yang tidak. Mana yang masuk akal dan mana yang tidak.

Memang tokoh yang satu ini, paling akrab disapa ACO’. Terlebih ketika menjelang pilwali. Di mana-mana di kotaku, dari anak-anak SD sampai kakek-kakek, dari penjual pisang goreng keliling dan kaki lima, sampai pedagang besar di pasar dan Mall, sangat fasih meneriakkan yel-yel ini, Oppo’ki Aco’ atau IASMO. Pernah seorang kakek bercerita, cucunya yang paling kecilpun sangat fasih meneriakkannya. Sambil bermain, yel2 Oppo’ki Aco’ juga disenandungkan. Mungkin karena begitu familiarnya sosok ini, sehingga anak-kecilpun merindukannya.

Sebenarnya nama lengkap beliau adalah Ir.H. Ilham Arif Sirajuddin, MM. Tetapi aku sendiri lebih senang menyapanya Bung Ilham. Mengapa? Sebab bagiku ilhamnya memang selalu luar biasa. Paling tidak itu yang aku amati. Beberapa waktu yang lalu, ketika masih menjadi orang nomor satu di kotaku, dalam satu acara on air di sebuah radio swasta, ketika itu SI menjadi wacana yang hangat dan marak diperbincangkan orang, beliau ditanya oleh seorang bapak seperti ini: “ Pak wali, seandainya bapak menerapkan SI di Makasar ini, yakin dan percaya, Makassar pasti aman. Tidak akan ada lagi pencurian, kericuhan dlsb.” Sebagai kaum “minoritas” tentu aku ingin mendegar jawaban pemimpin nomor 1 di kotaku ini. Kupinggirkan mobilku, dan dengan hati berdegup kencang sembari menahan nafas kubuka lebar-lebar telingaku, menanti jawabannya. Tanpa basa-basi, beliau menjawab : “Seandainya ke-80 % umat muslim yang berdiam di kota Makassar ini mau menjalankan ajaran agamanya dengan baik dan benar, tanpa SI pun, Makassar pasti aman.” Aku terperangah, takjub dan bersyukur mendengarnya. Kuhembuskan nafasku kuat-kuat, bangga mempunyai pemimpin yang punya pandangan dan pemikiran yang luar biasa. Pikirku mungkin karena namanya Ilham sehingga ilhamnya memang selalu luar biasa. Andai mau cari "aman", bisa saja jawabanya diplomatis. Tetapi jawaban beliau langsung ke pokok persoalan, pas dan tandas, tanpa menyakiti siapapun dan kelompok manapun termasuk sang penanya. Tidak heran jika Motto beliau dalam memimpin kota ini adalah ‘Makassar untuk semua”. Sebab beliau sungguh-sungguh memahami makna pluralitas. Baginya perbedaan yang ada kiranya semakin meningkatkan kinerja yang baik.Dan bagiku, tidak mudah menemukan sosok pemimpin seperti ini.

Sosok yang penuh senyum, ayah dari 4 orang anak, sederhana dan “merakyat", juga dikenal banyak kalangan sebagai “Mr. Smile.” Selama 4 tahun, 2 bulan, 3 hari
memimpin kota Makassar, ia mampu mendobrak banyak hal dan berkarya spektakuler. Salah satu karyanya yang dahulu dicemoh sekarang dipuji adalah reklamasi Pantai Losari. Anjungan Pantai Losari yang kini dipadati penikmat sunset setiap petang. Dalam satu kesempatan beliau pernah berkata, “Mungkin yang paling bayak menikmati Anjungan itu sekarang , adalah mereka yang dahulu mendemo saya.” Rencana ke depan jikalau beliau masih diperkenankan rakyat menjabat jabatan ini adalah membuat anjungan Bugis Makassar dan Anjungan Toraja Mandar untuk merangkul 4 etnis yang ada di Sulawesi Selatan. Itulah salah satu symbol yang terlahir dari motto beliau, “Makassar untuk semua.”

Hal spektakuler yang lain ialah jalan tol Ir. Sutami yang semula tak ada bedanya dengan jalan biasa di Makassar, sekarang tol sepanjang 11,2 km ini, benar2 sudah tol alias bebas hambatan. Juga Bandar Udara Internasional Hasanuddin yang sekarang sudah menjelma menjadi sebuah bandara super modern. Sebagai warga kota Makassar, aku merasa bangga.. Tentu saja ini menjadi berita gembira bagi para pelancong yang ingin datang di kota Makassar. Bagi mereka yang ingin berwisata belanja, satu lagi tempat yang menawarkan kenikmatan belanja buah karya tangan dinginnya tanpa merusak fungsinya adalah Karebosi. Karebosi kini telah menjelma menjadi ruang luas yang diperuntukkan untuk warga kota Makassar,
Wah…luar biasa bukan? Selamat dan Sukses Bung Ilham. Kami menanti buah karyamu yang lain. Terimakasih atas karya dan dedikasimu.

~ Pilwali

By : Titi Yuliaty

Suhu politik di kotaku lagi menghangat. Menjelang pemilihan walikota (Pilwali) secara langsung pada tanggal 29 Oktober mendatang, para kandidat mulai "melancarkan" kampanyenya secara terbuka dan dihadiri oleh pendukung mereka, ). Masing-masing kandidat menawarkan visi, misi dan program-program mereka yang sebelumnya telah dipaparkan kepada para wakil rakyat.

Beberapa kandidat menawarkan sekolah gratis dan kesehatan gratis. Namun ada juga yang menawarkan listrik murah, pangan gratis, dan lain sebagainya. Tentu hal ini wajar-wajar saja. Bukankah pemilih sekarang adalah pemilih-pemilih cerdas? Mereka tentu tahu program-program mana yang kira-kira masuk akal, realistis serta dapat terealisasi dan program-program mana yang hanya janji-janji belaka alias “angin sorga”saja. Yang terpenting ialah bahwa pemilihan wali kota secara langsung untuk pertama kalinya dilaksanakan di kotaku ini dapat berjalan dengan baik dan aman. Tentu atas dukungan semua pihak, tidak terkecuali para pemilih itu sendiri. Semoga.

~ Batu Empedu

By : Titi Yuliaty

Beberapa waktu yang lalu, adik temanku dirawat di Rumah Sakit akibat batu yang bercokol dalam kantong empedunya. Karena tidak mau dibelek, ia lalu ngacir dan dirawat di rumah. Sekarang sudah baikan setelah minum ramuan dari pak Mansyur.


Tadi pagi, aku cerita-cerita sama Ina tentang batu empedu ini. Menurutnya, dari survei kecil-kecilan yang dilakukan kepada orang-orang di sekitarnya yang mengidap penyakit yang sama, ia menarik kesimpulan bahwa ternyata salah satu penyebab adanya batu yang bercokol di empedu ialah karena orang-orang itu tidak pernah sarapan ( makan pagi).


Tentu masih banyak penyebab-penyebab lain seperti kolesterol yang lebih tinggi dan garam empedu yang lebih rendah; kegemukan juga merupakan faktor resiko yang cukup kuat; beberapa obat seperti obat kontrasepsi oral, dapat menyebabkan seorang wanita beresiko terkena batu empedu dan lain-lain Batu empedu itu sendiri adalah serpihan benda padat yang berasal dari kolesterol atau bilirubin yang terbentuk di dalam kantong empedu.

Aku tidak tahu apa hubungannya dan bagaimana sudut pandang medis terhadap hasil akhir yang ditarik dari hasil surveinya ini. Tetapi itulah kesimpulan Ina, bahwa sarapan amat berperan penting dalam terbentuk tidaknya batu di empedu.
Nah lho, kalau begitu, gak ada salahnya kan, sarapan setiap hari?
Hidup sarapan!


~ Lectio Divina

By : Titi Yuliaty

Bagi kebanyakan orang Kristen, bersaat teduh dengan membaca nats-nats Alkitab setiap hari, bukanlah hal yang baru lagi , bahkan sudah menjadi panggilan jiwa. Namun memahami dengan sungguh makna dari nats yang dibacanya dan pesan yang diterimanya melalui nats tersebut mungkin masih ada yang "mengambang." Memang ada banyak metode atau cara yang dapat dipakai untuk bersaat teduh itu. Biasanya dalam buku-buku renungan harian, metode-metode tersebut, sudah dipaparkan lebih awal sebelum kita menggunakan buku renungan dimaksud. Pada umumnya hampir sama.

Kemarin aku membaca buku renungan harian yang menggunakan Metode Lectio Divina. (Buku yang diberikan oleh sahabat yang care padaku. Trimakasih Ina). Sepertinya aku lebih "cocok" dengan metode ini. Lectio divina adalah suatu metode membaca Alkitab sambil merenungkan dan berdoa.
Langkah-langkah metode Lectio Divina menurut buku itu dan yang telah kupraktekkan ialah sebagai berikut:

Persiapan:
Masuklah dalam suasana hening, berdoalah dan mohonlah kehadiran, bimbingan, dan penerangan Roh Kudus

Langkah I : Lectio (bacaan)
Membaca kutipan dari Alkitab. Sebaiknya setiap perikop dibaca secara utuh (tidak dipenggal-penggal), perlahan-lahan dirasakan. Dengan segenap hati dan budi mendengarkan Sabda Tuhan. Menangkap inti sari FirmanNya yang menyentuh hati, bisa menjadi titik tolak atau bahan renungan.

Langkah II : Meditatio (renungan)
Merenungkan Intisari FirmanTtuhan. Menggali lebih dalam untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang tersembunyi di baliknya. Dengan iman, cinta dan kerinduan menelaah FirmanNya, mencari dan menemukan kehendak Tuhan bagi kita.

Langkah III: Contemplatio (kontemplasi)
Memasuki ruang keheningan paling dalam untuk merasakan kehadiranNya, mengenyam kedekatan serta keintiman denganNya. Biarkan diri kita dalam arus kasihNya, terbelai sentuhanNya yang halus dan menangkap nada suaraNya yang lembut.

Langkah IV: Oratio (doa)
Menanggapi sentuhan dan Sabda Tuhan diungkapkan dalam Doa yag terinspirasi dari buah perenungan dan kontemplasi dalam bimbingan Roh Kudus

Langkah V : Missio (pengutusan)
Komitmen dalam melaksanakan Perutusan Tuhan atau kehendakNya yang diberitakan melalui Sabda yang kita terima dalam Lictio Divina ini.

Dalam buku yang kubaca (Renungan harian Mutiara Iman), tahapan-tahapan di atas telah diramu sedemikian rupa, sehingga kita tinggal mengikutinya saja. So, selamat menggunakan metode Lectio Divina ini, semoga kehidupan kita semakin dibaharui dan iman kita semakin bertumbuh di dalam Dia.

~ Sentosa Island

By : Titi Yuliaty

Daerah wisata di Singapore yang masuk urutan pertama dalam daftar agenda perjalananku adalah Pulau Sentosa. Letaknya di Selatan Singapura, terdiri atas 20-30 landmarks, seperti Fort Siloso, yang dibangun sebagai benteng untuk bertahan dari Jepang selama PD II.
Untuk dapat sampai di tempat ini, kita bisa menggunakan MRT, Sentosa Express, Bis Sentosa, Kereta Gantung, dan layanan Bis Sentosa SIA Hop-on. Akan tetapi, karena cahaya hatiku masih harus mengenakan masker saat keluar rumah, aku merasa lebih aman dan nyaman naik taksi saja. Selain karena sopir taksinya
memang mengenal dengan baik lokasi dan rutenya yang kutuju, (tentu saja tidak dibawa berputar-putar dahulu seperti yang sering kali terjadi di tanah air) mereka juga bisa menjadi “pemandu wisata” gratis.

Tiket masuk standar ke pulau ini adalah SGD 3,00 per orang, dewasa pun anak-anak. Karena taksi tidak diperbolehkan “beroperasi” dalam pulau, maka kami diantar sampai ke pangkalan taksi saja untuk selanjutnya menggunakan bis wisata gratis yang disediakan pihak pengelola, berbaur dengan wisatawan-wisatawan lain dari berbagai Negara.Umumnya mereka berasal dari Cina dan Indonesia, walaupun juga ada dari Eropa, Amerika, Arab, Jepang, Vietnam dan lain-lain.


Underwater World adalah tempat pertama yang kami kunjungi di pulau ini. Salah satu oceanarium yang konon kabarnya terbesar di Asia. (Tapi jika dibandingkan dengan Indonesia, menurutku Sea World di Ancol jauh lebih besar). Mungkin karena luas area negara ini sangat terbatas, sehingga oceanariumnya juga "terbatas". Di sini kita dapat menikmati beberapa species ikan dan makhluk biota laut.

Setelah puas menikmati beragam species makhluk laut, kami melanjutkan perjalanan ke Dek Pandang di Mouth Gallerynya Marlion. Dari tempat ini, kita dapat melihat pulau Batam dan pulau Bintan di tanah air. Sebelum sampai ke dek, kami menyempatkan diri menyaksikan legenda ditemukannya negeri ini. Tak ketinggalan menelusuri Walk Marlion.


Ngomong-ngomong anda tahu gak perbedaan si Marlion yang bersisik 320 buah itu dengan binatang-binatang lain? Aku sendiri gak tahu. Tapi kata uncle driver: "Perbedaannya adalah karena marlion pipis lewat mulut." Hehe... ada-ada saja si uncle

Dolphin Lagoon, adalah tempat berikut yang kami tuju . Di sini, kami menyaksikan atraksi lumba-lumba merah muda dan menikmati pantai-pantai indah yang ada di pulau dengan menggunakan Beach Trams. Pulang pergi dari ujung ke ujung, sampai akhirnya berhenti dan makan siang di Tanjung beach. Bagiku berbaur bersama wisatawan mancanegara mempunyai nuansa tersendiri.



Butterfly Park & Insect Kingdom adalah tujuan berikutnya setelah makan siang. Sebenarnya aku agak kecewa, sebab selain areanya yang sangat kecil, kupu-kupunya juga sangat sedikit (mungkin lagi pada malas terbang di siang bolong), mahal pula tiket masuknya.

Penasaran dengan Mr. Marlion yang pipis melalui mulutnya (stttt.. itu kata uncle driver lho), kami kembali ke tempat ini (perjalanan yang tidak efektif tetapi tetap dinikmati hehehe). Naik Sentosa Express, mutar-mutar lalu balik ke stasiun yang sama. Setelah puas berpose (ceile seperti foto model saja), kami ke Images of Singapore lalu naik cable car untuk kembali ke rumah. Sayang kami tak sempat menikmati Tiger Sky Tower.


“Pusing-pusing" di Sentosa Island berakhir. Lelah, tetapi nikmat. Nikmat, namun mahal, bahkan sangat mahal untuk kantongku. Dari tempat-tempat yang aku kunjungi di atas, aku harus merogoh kocek kurang lebih SGD 350.00 untuk 4 orang. Setara dengan 2.275.000 rupiah jika kurs 1SGD= Rp.6500.


~ Singapore Art Museum

By: Titi Yuliaty

Satu-satunya Museum yang sempat aku kunjungi selama di Singapura adalah Singapore Art Museum. Itupun karena berdekatan dengan GPO, tempat aku beribadah minggu. Hanya dengan berjalan kaki sebentar dari GPO, kita sudah tiba di lokasi. Masuknya pun tanpa dipungut bayaran, alias gratis. Namanya juga museum art, yang dipamerkan pastilah pula berhubungan dengan art. Beberapa hasil jepretam amatirku dapat dinikmati di posting ini.


Masih banyak daya tarik wisata terkenal lainnya yang belum aku kunjungi seperti Singapore Zoological Gardens dan Night Safari; konon orang dapat menjelajahi habitat Asia, Afrika dan Amerika Selatan di malam hari, tanpa penghalang yang nyata antara tamu dan binatang liar di area ini. Juga Jurong Bird Park yang terkenal, di mana ada spesimen kehidupan burung yang bagus dari seluruh dunia, termasuk sekawanan ribuan flamingo dan lain-lain

Untuk mengunjungi ke dua tempat ini, sepertinya aku harus bersabar menunggu cahaya hatiku dinyatakan pulih. Akh, Semoga.




~ Wisata Belanja

By : Titi Yuliaty

Namanya saja perempuan, pastilah senang jika diajak berbelanja. Lagipula, “perbendaharaan” pakaian dari tanah air sudah semakin menipis, maka ketika capt mengajakku untuk "pusing-pusing" di pusat perbelanjaan tentu aku sangat antusias.

Orchard Road
Menurut nara sumberku, daerah ini diberi nama Orchad Road karena pada tahun 1840-an banyak sekali pohon pala dan perkebunan lada yang tumbuh di sepanjang jalan itu. Sekalipun saat ini, sepanjang Orchad Road tidak ada lagi perkebunan lada akan tetapi masih diteduhi pohon-pohon tropis yang subur. Mal-mal pun banyak terdapat di area ini. Selain Lucky Plaza,Paragon dan mal-mal lainnya, aku menyempatkan diri ke Toko Buku terbesar di Singapura "Kinokuniya Books" di Takashimaya.

Tempat belanja yang lain ada pula di Bugis Village, Chinatown, Arab street dan Little India. Konon di tempat-tempat ini, harga-harga jauh lebih murah dibandingkan di tempat-tempat lain. Ku sempat terkecoh ketika jalan-jalan ke Little India; ketika akan makan siang, aku tertarik untuk menikmati makanan di RM Madura, pikirku dari namanya saja paling tidak ada makanan khas Indonesia. E… ternyata semua makanan serba India. Apa boleh buat, kudu terlanjur duduk manis, kupaksakan saja makan nasi kari ayamnya yang minta ampun aroma bumbunya amat sangat menyengat
Toko 3 for 10 $ adalah area favoritku, sebab aku dapat memilih pernak-pernik di sini. Mulai dari patung pajangan, tas, kaos, bros, kalung, taplak meja, sarung bantal, gantungan kunci, bahkan jam tangan ada di sini. Murah meriah untuk souvenir.

~ Museum

By: Titi Yuliaty

Satu-satunya Museum yang sempat aku kunjungi selama di Singapura adalah Singapore Art Museum. Itupun karena berdekatan dengan GPO, tempat aku beribadah minggu. Hanya dengan berjalan kaki sebentar dari GPO, kita sudah tiba di lokasi. Masuknya pun tanpa dipungut bayaran, alias gratis. Namanya juga museum art, yang dipamerkan pastilah pula berhubungan dengan art. Beberapa hasil jepretam amatirku dapat dinikmati di posting ini.


Masih banyak daya tarik wisata terkenal lainnya yang belum aku kunjungi seperti Singapore Zoological Gardens dan Night Safari; konon orang dapat menjelajahi habitat Asia, Afrika dan Amerika Selatan di malam hari, tanpa penghalang yang nyata antara tamu dan binatang liar di area ini. Juga Jurong Bird Park yang terkenal, di mana ada spesimen kehidupan burung yang bagus dari seluruh dunia, termasuk sekawanan ribuan flamingo dan lain-lain

Untuk mengunjungi ke dua tempat ini, sepertinya aku harus bersabar menunggu cahaya hatiku dinyatakan pulih. Akh, Semoga.




~ Wisata Belanja

By : Titi Yuliaty

Namanya saja perempuan, pastilah senang jika diajak berbelanja. Lagipula, “perbendaharaan” pakaian dari tanah air sudah semakin menipis, maka ketika capt mengajakku untuk "pusing-pusing" di pusat perbelanjaan tentu aku sangat antusias.

Orchard Road Menurut nara sumber, daerah ini diberi nama Orchad Road karena pada tahun 1840-an banyak sekali pohon pala dan perkebunan lada yang tumbuh di sepanjang jalan itu. Sekalipun saat ini, sepanjang Orchad Road tidak ada lagi perkebunan lada akan tetapi masih diteduhi pohon2 tropis yang subur. Mal-mal pun banyak terdapat di area ini. Selain Lucky Plaza, dan mal-mal lainnya, aku menyempatkan diri ke Toko Buku terbesar di Singapura "Kinokunia Book Store".

Tempat belanja yang lain ada pula di Bugis Village, Chinatown, Arab street dan Little India. Konon di tempat-tempat ini, harga-harga jauh lebih murah dibandingkan di tempat-tempat lain. Ku sempat terkecoh ketika jalan-jalan ke Little India; ketika akan makan siang, aku tertarik untuk menikmati makanan di RM Madura, pikirku dari namanya saja paling tidak ada makanan khas Indonesia. E… ternyata semua makanan serba India. Apa boleh buat, kudu terlanjur duduk manis, kupaksakan saja makan nasi kari ayamnya yang minta ampun aroma bumbunya amat sangat menyengat
Toko 3 for 10 $ adalah area favoritku, sebab aku dapat memilih pernak-pernik di sini. Mulai dari patung pajangan, tas, kaos, bros, kalung, taplak meja, sarung bantal, gantungan kunci, bahkan jam tangan ada di sini. Murah meriah untuk souvenir.

~ "Pusing-pusing" di Singapura

By : Titi Yuliaty

“Pusing- pusing” yang dimaksud dalam judul posting ini, tentu saja tidak berhubungan sama sekali dengan sakit penyakit. Aku hanya meminjam istilah anty Ross, yang menyebut “jalan-jalan” (berwisata) dalam bahasa Malay sinonim dengan kata “pusing-pusing”
Sembari menunggu jadwal pertemuan dengan dokter, waktu yang ada kugunakan untuk “pusing-pusing”. Kali ini, perjalanan wisataku, tanpa pemandu khusus. Hanya berbekal buku panduan yang dikelola Capitaland aku menyusuri tempat-tempat wisata di Singapura.


Pulau Sentosa

Daerah wisata di Singapore yang masuk urutan pertama dalam daftar agenda perjalananku adalah Pulau Sentosa. Letaknya di Selatan Singapura, terdiri atas 20-30 landmarks, seperti Fort Siloso, yang dibangun sebagai benteng untuk bertahan dari Jepang selama PD II.
Untuk dapat sampai di tempat ini, kita bisa menggunakan MRT, Sentosa Express, Bis Sentosa, Kereta Gantung, dan layanan Bis Sentosa SIA Hop-on. Akan tetapi, karena cahaya hatiku masih harus mengenakan masker saat keluar rumah, aku merasa lebih aman dan nyaman naik taksi saja. Selain karena sopir taksinya
memang mengenal dengan baik lokasi dan rutenya yang kutuju, (tentu saja tidak dibawa berputar-putar dahulu seperti yang sering kali terjadi di tanah air) mereka juga bisa menjadi “pemandu wisata” gratis.

Tiket masuk standar ke pulau ini adalah SGD 3,00 per orang, dewasa pun anak-anak. Karena taksi tidak diperbolehkan “beroperasi” dalam pulau, maka kami diantar sampai ke pangkalan taksi saja untuk selanjutnya menggunakan bis wisata gratis yang disediakan pihak pengelola, berbaur dengan wisatawan-wisatawan lain dari berbagai Negara.Umumnya mereka berasal dari Cina dan Indonesia, walaupun juga ada dari Eropa, Amerika, Arab, Jepang, Vietnam dan lain-lain.


Underwater World adalah tempat pertama yang kami kunjungi di pulau ini. Salah satu oceanarium yang konon kabarnya terbesar di Asia. (Tapi jika dibandingkan dengan Indonesia, menurutku Sea World di Ancol jauh lebih besar). Mungkin karena luas area negara ini sangat terbatas, sehingga oceanariumnya juga "terbatas". Di sini kita dapat menikmati beberapa species ikan dan makhluk biota laut.


Setelah puas menikmati beragam species makhluk laut, kami melanjutkan perjalanan ke Dek Pandang di Mouth Gallerynya Marlion. Dari tempat ini, kita dapat melihat pulau Batam dan pulau Bintan di tanah air. Sebelum sampai ke dek, kami menyempatkan diri menyaksikan legenda ditemukannya negeri ini. Tak ketinggalan menelusuri Walk Marlion.


Ngomong-ngomong anda tahu gak perbedaan si Marlion yang bersisik 320 buah itu dengan binatang-binatang lain? Aku sendiri gak tahu. Tapi kata uncle driver: "Perbedaannya adalah karena marlion pipis lewat mulut." Hehe... ada-ada saja si uncle

Dolphin Lagoon, adalah tempat berikut yang kami tuju . Di sini, kami menyaksikan atraksi lumba-lumba merah muda dan menikmati pantai-pantai indah yang ada di pulau dengan menggunakan Beach Trams. Pulang pergi dari ujung ke ujung, sampai akhirnya berhenti dan makan siang di Tanjung beach. Bagiku berbaur bersama wisatawan mancanegara mempunyai nuansa tersendiri.



Butterfly Park & Insect Kingdom adalah tujuan berikutnya setelah makan siang. Sebenarnya aku agak kecewa, sebab selain areanya yang sangat kecil, kupu-kupunya juga sangat sedikit (mungkin lagi pada malas terbang di siang bolong), mahal pula tiket masuknya.

Penasaran dengan Mr. Marlion yang pipis melalui mulutnya (stttt.. itu kata uncle driver lho), kami kembali ke tempat ini (perjalanan yang tidak efektif tetapi tetap dinikmati hehehe). Naik Sentosa Express, mutar-mutar lalu balik ke stasiun yang sama. Setelah puas berpose (ceile seperti foto model saja), kami ke Images of Singapore lalu naik cable car untuk kembali ke rumah. Sayang kami tak sempat menikmati Tiger Sky Tower.


“Pusing-pusing" di Sentosa Island berakhir. Lelah, tetapi nikmat. Nikmat, namun mahal, bahkan sangat mahal untuk kantongku. Dari tempat-tempat yang aku kunjungi di atas, aku harus merogoh kocek kurang lebih SGD 350.00 untuk 4 orang. Setara dengan 2.275.000 rupiah jika kurs 1SGD= Rp.6500









~ Baliho

By : Titi Yuliaty

Harap maklum, jika menjelang pilpres tahun 2009, dan pemilihan wakil-wakil rakyat baik di pusat pun di daerah terjadi "perang '' baliho di mana-mana. Orang berlomba-lomba memasang baliho dirinya di daerah pemilihannya masing-masing. Tidak terkecuali di kotaku. Dari poros jalan protokol hingga ke gang-gang sempit dipenuhi dengan baliho-baliho para kandidat. Ada yang memasang gambar dirinya dilengkapi jabatan dalam partai dan nomor urutnya. Ada pula yang mungkin lebih pe-de jika mengikutsertakan gambar ketua atau penasehat partainya dari pusat. Bahkan ada yang menampilkan foto keluarganya yakni ayah, ibu dan anak. Baliho, sungguh-sungguh menjadi iklan politik.

Sebenarnya wajar dan sah-sah saja, asalkan tidak mengganggu pemandangan dan keindahan kota, apalagi membuat kesembrawutan di jalan-jalan. Namanya saja baliho. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia baliho berarti publikasi yang berlebih-lebihan ukurannya agar menarik perhatian masyarakat (biasanya dengan gambar besar di tempat-tempat ramai). Jadi gak salah bukan? Tetapi menjadi aneh jika daerah pemilihan sang kandidat di Provinsi A, balihonya dipasang di Provinsi B. Bukankah baliho itu dipasang untuk memperkenalkan/ mempromosikan sang kandidat kepada khayalak? Bukankah melalui baliho itu terjalin komunikasi non verbal kepada orang banyak? Dengan kata lain, melalui baliho, tersirat makna , "Ini lho, aku dari partai X nomor urut C nama NN. Pilih aku ya." Paling tidak itu yang aku tangkap sebagai salah satu dari sekian banyak komunikan. Lalu kalau balihonya dipasang di daerah yang bukan daerah pemilihannya kan jadinya mubasir.

Tapi yang ini, benar-benar terjadi. Di kotaku, selain baliho para kandidat, termasuk cawali dan cawawali, cawara tingkat pusat, provinsi dan kotamadya, juga diramaikan oleh baliho yang memuat gambar Barack Obama sang kandidat Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat. Konon kabarnya ada 320an baliho yang memuat gambar beliau, dengan berbagai jenis ukuran. Menurut berita terakhir yang kudengar dari Radio Venus, sang pemprakarsa mensponsorinya sebagai bentuk dukungannya kepada Obama terhadap salah satu point dari rencananya jika kelak terpilih menjadi Presiden AS yakni menarik mundur pasukan AS dari Irak. Salut!!! Tapi apa Om Barack tau gak ya klo balihonya juga menghiasi jalan-jalan protokol di kotaku. Hmmmm...... .




~ Kontrol

By: Titi Yuliaty

Kali ke dua aku membawa cahaya hatiku ke NUH Singapore untuk kontrol. Keberangkatan kali ini harus dipercepat oleh karena salah satu jenis obat yang harus dikonsumsinya habis. Aku sudah berupaya untuk mencarinya dari apotik ke apotik di kotaku, namun tak kutemukan. Kucoba menghubungi sahabat belenkku, kali saja ada dijual di tempatnya namun tak ada respon. Pikirku ia mungkin sangat sibut ataukah sudah tidak peduli lagi padaku, wallahualam. Kuambil kesimpulan untuk segera berangkat.

Provisional diagnosis cahaya hatiku adalah Chronic Tubuulo Interstitial Nephritis. Sesuai dengan scedul dokter, 6 bulan berturut-turut antibodinya akan ditekan agar tidak semakin merusak fungsi ginjal. Oleh sebab itu treatment selama 3 hari setiap bulan, dilakukan dalam isolation room dengan cara menginjeksikan frussemide 40 mg dan methylprednisolone 390 mg ke dalam tubuhnya. Saat ini untuk yang ke 4 kalinya. Masih ada 2 bulan ke depan hal yang sama akan dilakukan, sesudah itu, entah apalagi yang akan dibuat oleh team dokternya.

Aku berharap bahwa dengan treatmen ini fungsi ginjalnya dapat semakin membaik. Sayangnya harapanku sampai saat ini jauh panggang dari api. Dalam kenyataannya, kreatinin dan ureumnya tidak jua mau beranjak dari angka 400 mmol/L. Dari penjelasan dokter yang dapat kusimak, jika kreatinan berkisar antara 600 - 400 mmol/L saja, maka kemungkinan fungsi ginjalnya hanya dapat bertahan 2 tahun. Akan tetap jika sudah sampai naik ke level 800 mmol/L, maka jalan yang terbaik adalah dialisis atau transplantasi.

Sungguh aku tak mengerti rencanaNya. Namun aku percaya Ia tak tinggal diam. Tentu ada maksud indahNya dalam hidupku dan keluargaku. Mungkin juga Ia belum berhenti merajut hidup cahaya hatiku. Bukankah sebelum Ia membentuk cahaya hatiku dalam rahimku Ia telah mengenalnya? Tak ada yang mustahil. Di tengah gema takbir "saudara-saudaraku" menyongsong hari nan fitri malam ini, kubisikkan sepucuk doa kepada Sang Ilahi, memohon campur tanganNya bagi proses kesembuhan cahaya hatiku. Semoga! Selalu ada asa.

~ "Kopi Tiam"

By : Titi Yuliaty

Menunggu result dari Mr. TB yang berjam-jam lamanya sangatlah membosankan bagiku. Untuk menghilangkan rasa jenuh ini, tempat favorit yang selalu yang selalu kukunjungi adalah bangku taman NUH dan food court Kopi Tiam.
Di bangku taman, aku bisa menghirup udara dan bau segar kembang. Mendengarkan gemerisik dedaunan yang bergoyang meliuk-liuk dihembus angin semilir. Laksana symponi yang indah mengalun dalam kalbu tatkala ditimpahi cicit burung yang berterbangan dengan bebasnya, tanpa merasa takut dikejar-kejar manusia. Aku teringat kata captku,” burung-burung dan tumbuhan pun merasa aman di sini, apalagi manusia.” Terkadang aku berkhayal, andai manusia bisa “bebas” berekspressi seperti mereka.

Di food court Kopi Tiam, aku bisamenyaksikan banyak hal. Sembari menikmati sajian khas breakfast Singapore yakni secangkir kopi hitam, 2 btr telur setengah matang dan setangkup roti bakar yang diisi selai kaya, aku bisa menarik pembelajaran berharga menyangkut Human Relation.

Suatu ketika aku menyaksikan hubungan kasih yang luar biasa antara saudara bersaudara di usia senja. Kupikir keduanya pastilah single parent. Beberapa kali aku berjumpa dengan mereka. Si sakit biasanya duduk dengan kursi rodanya di depan meja makan, sedangkan si abang antri untuk membelikan makanan kesukaan sang adik. Memotivasi dan saling menguatkan serta menghiburkan di usia senja, itulah pembelajaran berharga yang bisa kupetik dari mereka.

Kali lain, aku melihat seorang ibu bersama putranya yang duduk dalam kereta dorongnya, tak bisa bergerak jikalau tidak dibantu (sangat banyak keterbatasan fisiknya), namun dengan penuh cinta dan kasih si ibu tetap tersenyum, menyapa dan mengajaknya bercanda. Si anak menyambutnya dengan senyum dan gumaman yang tidak jelas. Aku tahu lewat sorot matanya, si ibu menahan kepedihan yang luar biasa, akan tetapi demi si buah hati, dikuat-kuatkannya dirinya agar tidak "ambruk". Betul kata pepatah “Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang penggala.” Aku terpekur.

Hari ini, aku kembali menyaksikan hubungan cinta kasih 2 sejoli di masa tuanya. Si istri didorong suaminya di kursi rodanya, disuapinya dengan penuh kasih. Jika masih ada makanan yang tersisah, dengan lahap sang suami menghabiskannya. Akh, hubungan yang indah sampai kakek-nenek. Kuberharap kelak jika Tuhan berkenan memberiku usia seperti mereka, captku pun kan melakukan hal yang sama. Kutinggalkan tempat ini dengan seulas senyum dan setumpuk pembelajaran berharga.
Selalu ada asa.

Oh ya, satu hal lagi yang hampir kulupakan, rasa saling menghargai di tempat ini amatlah tinggi. Ketika “berbelanja”, setiap orang entah dokter, perawat, tukang taman, petinggi atau pengunjung lainnya akan tertib mengantri, menunggu giliran. Tak ada saling dorong- mendorong, sikut sana, sikut sini apalagi yang menerobos. Semua tertib, aman dan lancar. Pemandangan yang jarang kusaksikan di "tempatku".