"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

ISTI & ISTIKOMAH


"Papiiiiiiii....! Dengan mata mendelik dan suara yg membahana, maminya Carla menarik tangan suaminya yg sedang duduk maniezt di ruang tamu rumah Tante Pretty. Tak ayal , tuan rumah terkejut tetapi si mami tidak peduli. Dengan sekali hentakan si papi diseret keluar dan tanpa babibu, tangan mami sdh mendarat di pinggang papi ...... Di tempat lain, Pak RT keberatang menggunakan kaos oblong apalagi untuk mengantar undangan kepd kaum bapak di dalam kompleks, namun tak kuasa menolak ketika sang istri bertitah.
Ini hanyalah cuplikan adegan salah satu episode dalam sinetron "Suami-suami Takut Istri" yg disiarkan oleh sebuah stasiun TV Swasta.

Ada rasa geli, tetapi juga rasa kasihan. Apa iya. Masak sich di era millenium spt sekarang ini, kejadian-kejadian seperti itu masih ada? Apakah ini yang disebut jaman edan?
Aku lalu teringat 2 istilah yang yang kudapat ketika masih berkutat di kampus merahkunenerapa tahun lalu. ISTI dan ISTIKOMAH. ISTI adalah singkatan dari Ikatan Suami Takut Istri. Sedangkan ISTIKOMAH adalah Ikatan Suami Takut Istri Kalau di Rumah. :)
Dulu aku ber pikir, akh mungkin itu hanyalah peristilahan belaka. Apalagi memang, prof guru mengatakan, hal tersebut biasanya dilakukan karena rasa hormat dan cinta pada pendamping mereka (istri). Tetapi itu dulu, sebelum aku melakukan pengamatan langsung. (Wealah, seperti mau nyusun thesisi aja ^_^).

Dalam survey kecil-kecilan itu, aku kemudian menyadari, bahwa hal ini, bukan hanya terjadi dalam sinetron. Dalam kehidupan nyatapun, itu nampak. Swear! dan bisa menimpa siapapun, entah itu saudara, tetangga, dosen, atasan kita dan lain-lain. Beberapa temanku bahkan , mengalami hal yg sama. Mereka sepertinya benar2 tunduk di bawah perintah dan selalu berada di dalam pantauan dan Pengawasan Melekat alias WasKat pasangan (istri) mereka. Telepon tak pernah berhenti berdering. Sebentar-sebentar ada instruksi via telepon. Mulai dari pertanyaan posisi mereka, raport dan seragam anak, belanja dapur dan berbagai hal remeh temeh yang lain. Semuanya dalam nada perintah! Adapula yg dipepet atau dikawal kemanapun dia pergi, laiknya perangko dan kertas. Lengket terus. Bahkan ada yang harus mematuhi jam malam. Awalnya kupikir, ah, mungkin demikianlah pola pengasuhan dan pembinaan dalam rumah tangga mereka yang pasti sudah disepakati bersama. Akan tetapi setelah mendengar pengakuan dan keterusterangan mereka, aku berkesimpulan bahwa ternyata, itu bukan sinetron. Sebetulnya miris juga, but it's real.

Dominasi dan rasa superior pasangannya, akhirnya membuat para pria/suami menanggapinya dengan berbagai cara pula. Ada yang sudah merasa kudu nyaman, sehingga atas nama CINTA & keharmonisan keluarga (apalagi yang memang menikah keluarga), mereka tetap membeo, seperti kerbau dicocok hidung, dibawa kemanapun ikut saja. Ada yang akhirnya menjadi JARUMSUPER, Jarang di Rumah Suka Pergi. Dan ada yang mengantisipasinya dengan benar-benar Jaga Image. Tidak heran jika kemudian muncul peristilahan baru bagi istri-istri mereka seperti: Komandan, Polisi, Perdana Mentri, Menkeu, Agan (Juragan Istri). Untuk jam malam misalnya, mereka berucap: Visa dari Perdana Mentri (istri) hanya sampaji jam 21.00. Untuk tugas antar anak-istri disebutnya Ternak Teri... Uphss

MENGAPA SUAMI TAKUT ISTRI? Mengutip ungkapan Mariska Lubis, pemerhati di bidang relationship. sekaligus penulis buku Wahai pemimpin bangsa!!! Belajar dari SEKS Dong!!! dalam percakapannya dengan C. Gumilang (Femina No. 37/XXXVIII), mengatakan bahwa ternyata: "Kebanyakan, kasus suami takut istri disebabkan OLEH faktor ekonomi.".... O'oooh!.... Masih katanya "Sekarang ini lagi musim pria yang mencari wanita dengan status soaial-ekonomi yang sama atau bahkan lebih tinggi. Maksudnya, si wanitanya yang lebih kaya, strata sosialnya lebih tinggi. Kenapa? Karena pria moderen sekarang, ingin hidup lebih enak dan nyaman. Di sisi lain, ada pasangan yang membantu ekonomi mereka, atau katakanlah membantu membayar cicilan mobil, rumah dll'. ...."Faktor yang tak kalah penting pengaruhnya adalah jenjang pendidikan yang seringkali membawa wanita merasa lebih, dalam hal pemikiran. Lalu ada juga feminisme yang salah kapra, ketika wanita merasa menjadi mahluk yang lebih unggul dari pria. Mereka merasa mampu hidup tanpa pria. "

Apakah pria atau para suami itu benar-benar takut, segan atau sekedar malas menanggapi perilaku, dominasi dan superioritas istri mereka?
Menurut Mariska: "Bisa begitu, tetapi kebanyakan justru karena merasa minder atas ketidakmampuan diri, sehingga rasa percaya diri mereka turun. Apalagi mereka takut tidak mendapatkan apa yang bisa mereka dapatkan atau takut kehilangan istri, anak, nama baik atau apapun bentuknya. Para pria atau suami tersebut, kemudian membiarkan istrinya mendominasi."

Aku lalu teringat amanah dalam Kitab Suci yang berkata: "Hai istri-istri tunduklah kepada suami, sebagaimana seharusnya, di dalam Tuhan. " (Kol 3:18). Artinya tunduk tetapi tidak menanduk... lalu dilanjutkan kemudian:" Hai suami-suami kasihilah istrimu dan jangan berlaku kasar terhadap dia"(Kol3:19)...dari ants ini nampak bahwa konsekuensi logis dari ketaatan istri (tunduk) ialah mereka HARUS menerima kasih yang utuh dari suami. Bukan kasih yang terbagi-bagi (kepada perempuan lain, red). Di sini letak persoalannya. Sebab banyak orang yang berkata dengan spontan, lantang: "kasih, mah utuh, orang istri hanya satu koq",.... namun dilanjutkan dengan berbisik: " Tetapi yang tak resmi, yang berbaris di belakang juga mesti dapat......." Wealaahh, Pak! Pak!
Aku tercenung. Merenung dan mencari jawab di antara berjuta tanya: Adakah amanah ini, tidak lagi berlaku di jaman yang edan yang katanya serba moderan? Wallahualam.

Oh ya, ngomong-ngomong, tahu gak kalau hasil penelitian Mariska Lubis menunjukkan bahwa "Kebanyakan dari anggota ISTI & ISTIKOMAH itu memiliki kecenderungan untuk selingkuh." ... Nah Lho....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar