"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

"Lelaki Itu"


Semenjak cahaya hatiku kembali dirawat di PTK RSCM,ia menyita perhatianku. Berperawakan kecil, rambut lurus, agak panjang tapi masih terkesan rapi. Guratan di wajahnya menegaskan pergumulannya. Kalau ditaksir sepertinya ia baru berumur 40-an. Dengan segelas kopi dan sebungkus kretek 234, ia mengawali hari2nya.
Kepulan asap rokok yg tiada henti, seringkali membuatku gerah. Ingin rasanya menegurnya, namun entah mengapa bibir ini tak jua bisa terbuka.

Sejak diotak-atik putri kecilku pertengahan bulan Ramadhan yang lalu, beberapa fitur HPku terhapus. Seiring dengan itu pula beberapa nomor telepon para sahabat ikut-ikutan raib... Berada jauh dari sanak keluarga,dalam kondisi seperti ini seringkali membuatku be-te dan jenuh. Ingin berkomunikasi, rasanya sulit, sebab di samping signal di PTK kurang bagus, juga karena aku belum sempat mendata kembali nomor-nomor telepon para sahabat yang ikut-ikutan raib akibat "kejeniusan" putri kecilku.

Pagi ini, aku berencana menjemur di luar. Beberapa pakaian yang telah kucuci masih teronggok dalam ember di kamar mandi. Ingin kupastikan saat ke luar ke teras, LELAKI ITU, tidak lagi di sana. Bukan apa-apa, hanya untuk menghindari asap rokok. Aku tak mau "terkapar" hanya karena ketidakmampuan tubuhku mencium asap rokok. Terhadap hal yang satu ini, alergiku memang sudah termasuk golongan kronik. Kukuakkan tirai jendela kamar perawatan cahaya hatiku. Akh... ternyata ia masih di sana. Secangkir kopi dan sebungkus 234 masih setia menemaninya. Di sampingnya duduk seorang perempuan yang kemudian kutahu adalah istrinya. Kulihat ia menjelaskan sesuatu yang sangat serius kepada istrinya. Sepertinya soal penyakit anak mereka. Terlihat guratan wajah yg kelelahan. Walau demikian, intonasi suara konstan.

Huff....rasanya lama benar. Menunggu mereka menyudahi obrolannya mungkin hanyalah kesia-siaan. Maka dengan terpaksa, aku ke luar kamar juga. Dengan sedikit tersenyum, kusapa mereka "Selamat pagi" dan mereka menjwab "Pagi bu". "Dari mana?" Kujawab ""Makassar". "Anak ibu sakit apa" "CKD", kataku. "Bapak? Anaknya sakit apa?"
Maka mengalirlah semua cerita di seputar anaknya yg sakit.Menurut penuturannya putri kecilnya adalah korban malpraktek. Berawal dari operasi usus buntu di RSU di daerahnya akhirnya sang anak harus merelakan ususnya dipotong tigapuluhan centi meter dalam 3 kali operasi dengan jangka waktu tdk lebih dari 2 bln.

Katanya, "Kami hanya org kecil bu. Ketika saya berusaha mencari keadilan, semua org mencibir, bahkan sanak keluargaku sendiri. Untunglah mertuaku yg walaupun hanya orang desa dan sudah menjanda pula, tapi masih mempunyai hati nurani. Beliaulah yang membantu kami, dengan merelakan rumah dan kebunnya dijual untuk pembiayaan anak kami. Sebagai Pengrajin Kaliografi, pendapatan kami tidak seberapa, tetapi saya percaya bahwa Allah itu Maha besar. Atas izin Allahlah, anak saya bisa sampai ke sini dan kasusnya sudah sampai ke presiden. Kemarin, Dirjend Depkes datang ke mari (RSCM). Alhamdulillah bu, berkat doa orang-orang kecil yg terzalimi seperti saya, seluruh jerih payah ini insya Allah tidak sia-sia". Ketika kutanya: "Apakah bapak memaafkan orang yang telah membuat putri bapak menderita seperti ini? Dgn polos ia menjawab: "Sedangkan Allah saja mengampuni ummatnya apakah lagi saya. Tetapi proses hukum harus jalan terus. Doakan ya bu!" Kudengar dalam ungkapan polos itu, ada kegetiran tetapi sekaligus ada harapan. Denga tersenyum aku menjawab,"Ya, sukses pak." Lalu aku pamit masuk kembali ke kamar perawatan cahaya hatiku.

Ketika cahaya hatiku sudah diperkenankan pulang, aku sengaja mampir ke kamar perawatan anaknya untuk bepamitan. Kulihat seorang Ustad sedang memimpin mereka berdoa. Setelah berbasa-basi sejenak,aku berpamitan. Ia mengantarku ke luar sembari meminta nomor telepon. Kami pun berpisah.

Kutahu kemudian, jika nama beliau adalah Ide Syamsuddin dari sms yang dikirimnya. Selengkapnya sms itu berbunyi:
" Ibu Yuliaty,,, saya Ide Syamsuddin dari Riau. mengucapkan terimakasih banyak atas perhatian ibu kepada anak saya "Ellyna Fitri" korban "MALPRAKTEK" yang dilakukan di RSUD Indra Sari Inhu-Riau pada tanggal 29 Juli 2008 yang mana kasus ini sudah diketahui Bapak PRESIDEN RI karena RSUD Indra Sari mengirim surat kepada PRESIDEN RI meminta dukungan.... Saya turut mendoakan semoga "ALLAH" memberkati anak ibu dari sakit yang dialaminya. Amin. Saya akan kabari kasus anak saya hingga "TUNTAS"... Mudah-mudahan suatu hari, saya dapat ke Makassar.

"Dari kasus MALPRAKTEK anak saya ini, saya berharap ada "PERUBAHAN" & "PEMBENAHAN" agar tdk ada lagi tindakan semena-mena terhadap masyaralat terutama masyarakat tidak mampu, di bidang KESEHATAN & di Bidang "HUKUM"... Dari 600 Kasus MALPRAKTEK di NKRI... Baru Kasus Anak saya yang sampai ke Bapak Presiden RI.. Semua karena Allah. Allahlah yang menunjukkan jalan kepada saya... Saya akan terapkan kepada semua masyarakat di manapun saya berada. Tidak hanya di RIAU.. tapi mungkin di Makassar & Irian jaya... Doa ibu menyertai langkah saya. AMIN.

Membaca smsnya, saya tertegun, tertempelak dan terhenyak. Ternyata, "LELAKI ITU" adalah seorang pencari keadila. Dua tahun, ia bersama dgn istri dan anaknya terus berusaha mencari keadilan walau dicibir dan diremehkan tdk hanya oleh para pengambil kebijakan di setiap tataran di daerahnya ttp jg keluarga besarnya, tidaklah menyurutkan langkah juangnya. Dengan tekad yang bulat dan pasti, ia terus berjuang dan berjuang. Bagiku, LELAKI ITU adalah pejuang kemanusiaan.. Bravo pak Ide, berjuang trus, tularkan gagasan-gagasanmu yang cemerlang, agar di negara tercinta ini semua anak bangsa dapat menikmati persamaan hak dalam segala lini. Tidak hanya di Bidang Kesehatan dan Hukum saja sebagaimana kerinduanmu, akan tetapi juga dalam Kebebasan menjalankan ajaran agama bagi pemeluk-pemeluknya. Piiiizt ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar