"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

~ "Uniform 2"

Titi Mangape

Mungkin ada benarnya jika dikatakan bahwa dengan menggunakan pakaian seragam (corak, bentuk dan susunan model dan bahan yang sama), akan nampak kebersamaan dalam satu persekutuan dari kota sampai ke pelosok. Persoalan ialah apakah kebersamaan hanya bisa terlihat dari pakaian seragam semata? Sehingga jikalau ada yang berbeda mereka dianggap “berseberangan” atau bahkan menjadi “musuh”bagi kita? Apakah tolok ukur iman seseorang dapat dinilai dari pakaian seragam? Apakah pakaian seragam sudah menjadi parameter iman bagi orang lain?

Bersama dengan seorang sahabat, kami pernah menuai protes keras dari berbagai kalangan, tidak terkecuali para “pengambil kebijakan” hanya karena perbedaan persepsi terhadap pakaian seragam dan ketidaksetujuan kami dengan pengadaan pakaian seragam yang beraneka macam itu.

Bagi saya secara pribadi, perbedaan semestinya dianggap sebagai hasil dari keragaman dan kepelbagaian kita sebagai individu yang pasti selalu unik. Baik dari segi penampilan, dalam berpendapat, dalam beriskap dan lain-lain. Sebab tidak seorangpun di dunia ini (termasuk saudara kembar) yang sama. Justru dalam keragaman dan keunikan masing-masing individu itulah, akan nampak kekuatan “besar” jikalau dapat ditata dengan baik. Tanpa pakaian seragam sekalipun.

Jika kita pahami dengan sungguh bahwa persekutuan umat adalah milik kepunyaanNya dan kita yang lemah dan berdosa ini hanyalah alatNya, maka pakaian seragam bukanlah prioritas utama dalam mengemban tanggung jawab tri panggilan gereja yakni bersaksi, bersekutu dan melayani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar