"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

~ Kontrol 2

By: Titi Yuliaty Mangape

Kali ini, pejalanan ke Singapore kami tempuh via Otorita Batam. Selain pengiritan biaya, juga sekalian jalan-jalan dan bertemu dengan beberapa teman capt di kota ini. Kami transit beberapa jam di Cengkareng. Sebenarnya ada kerinduan menjenguk sahabat belenkku yang saat itu terkapar di Rumah Sakit karena disedot oleh si cantik Aedes, namun karena tak ada konfirmasi balik darinya, maka waktu yang tersisa kami gunakan untuk istirahat sejenak di bandara. Tiba di kota batam, dari Hang Nadim airport kami meluncur langsung ke Hotel untuk bertemu teman2 capt yang sudah menunggu. Berbagi cerita, berbagi tawa, saling menguatkan dan saling menghiburkan. Pdt. Mila Pakau dari GT Jemaat Batam bersama dengan seorang Majelis Gerejanya datang berdoa sebelum kami melanjutkan perjalanan. (Terimakasih kawan)

25 Oktober 2008
Sore hari waktu setempat, kami harus masuk isolation room. Rencananya, sore ini juga, cahaya hatiku akan diijeksi metapret untuk yang ke 5 kalinya. Namun dari hasil diskusi dengan Prof Yup setelah melihat result Mr. TB yang menunjukkan kreatininnya berada di level 695 umol/L, ternyata injeksi ini dihentikan. Menurut beliau jika diteruskan pun, tidak akan memberi pengaruh lagi kepada fungsi ginjal cahaya hatiku dan besar kemungkinan justru akan membahayakan organ-organ tubuhnya yang lain.
3 hari di NUH, hanya untuk dievaluasi seberapa banyak air yang harus diminum, bagiku sebenarnya hanya membuang biaya saja, tetapi apa boleh buat untuk kebaikan cahaya hatiku, aku rela.

27 Oktober 2008
Cahaya hatiku diperkenankan, tinggal di luar NUH. Kami memilih China Town sebagai tempat menginap. Selain apertemen2 di tempat ini terbilang "murah" (walau masih mahal bagi kantong kami), juga karena tidak terlalu repot dalam mencari kebutuhan sehari-hari. Lagi pula suasananya ramai, sehingga tidak membuat be-te.

28 Oktober 2008
Setelah Result Mr. TB keluar. Prof menjelaskannya kepada kami. Penjelasan yang membuat kepalaku pening seketika. Mataku berkunang2. Badanku gemetar. Kesimpulan terakhir beliau: "Jika kretininnya stabil di level 582-700 umol/L maka kemungkinan fungsi ginjalnya masih bisa bertahan 6 bulan ke depan. Tetapi jika kreatininnya semakin naik, maka waktu untuk bertahannya pun semakin berkurang.Tidak ada lagi cara/metode lain selain cuci darah. Alternatif lain adalah transplantasi". "Tidak ada jalan lain Prof?" kata capt menegaskan. Beliau menggeleng. "Anda lupa, masih ada dokter di atas segala dokter, Are you beleve?" ujar capt. Beliau tersentak, sembari tersenyum berkata, "Yes, I beleave, pray strong." Dalam hati aku mengamini. Ya, aku percaya bahwa mujizat itu nyata.

Cahaya hatiku masuk dalam kategori penderita penyakit ginjal kronik yang telah mulai kehilangan kemampuan filtrasi glomerulus ( kemampuan ginjal menyaring zat tertentu dalam darah ), akan mengalami penurunan fungsi ginjal secara bertahap hingga mencapai gagal ginjal terminal. Penyakit ginjal kronik tahap terminal ( end stage renal disease= ESRD ) adalah penyakit dimana kerusakan ginjal bersifat menetap dan irreversible.
Penurunan fungsi ginjal , sampai tersisa kurang dari 15%, menyebabkan zat-zat sisa yang tidak bermanfaat lagi bagi tubuh tidak dapat dikeluarkan dan akhirnya meracuni tubuh.

Untuk mengantisipasi kejadian yang teburuk, kami disarankan untuk melihat langsung jenis-jenis 'mesin cuci darah'. Aku sendiri tidak berani. Badanku masih gemetar, sehingga capt saja bersama Dr. Martha yang pergi melihatnya. Katanya ada 2 jenis dialisis ini yakni :
1. Hemodialisis ( HD = ''cuci darah'' ). Pada hemodialisis darah dipompa keluar dari tubuh lalu masuk kedalam mesin dialiser ( yang berfungsi sebagai ginjal buatan ) untuk dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan khusus untuk dialisis. Setelah dibersihkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh. Menurut capt mesin ini berukuran besar.
2. Dialisis peritoneal ( cuci darah lewat perut ), di sini proses ''cuci darah'' dilakukan di dalam tubuh melalui selaput/membran peritoneum ( selaput rongga perut ). Mesinnya relitive berukuran kecil, dan menurut informasi dapat digunakan sendiri di rumah. Harganya di atas 100 juta. Aku terpekur mendengar penjelasan ini.

30 Oktober 2008
Ke NUH untuk mengambil obat-obatan dan injeksi

1 Nopember 2008
Kembali ke tanah air. Dari Changi airport ke Sukarno Hatta. Ganti pesawat dan kembali ke Makassar. Ada sejuta tanya. Ada setumpuk pergumulan. Sekian lama aku berusaha mencari "kesembuhan" itu meninggalkan orang-orang yang kukasihi; meninggalkan pelayanan; meninggalkan study, tetapi pada akhirnya aku hanya mendapatkan vonis seperti ini? bahwa ginjal cahaya hatiku hanya akan bertahan 6 bulan saja? Apakah yang akan terjadi selama 6 bulan ke depan dalam hidup cahaya hatiku? Aku tidak tahu. Apakah Dia akan tinggal diam? Berhentikah Dia merajut cahaya hatiku? Tak berkenankah Dia menjadikannya sebagai biji mataNya? Bukankah Dia adalah Tabib di atas segala Tabib? Ah... aku nelangsah. Hati kecilku berbisik, "Ti, kau sudah menyerahkan sepenuhnya, seutuhnya kepadaNya, masakan Ia tinggal diam. Biarkanlah Ia berkarya, sebab rancanganmu bukanlah rancanganNya, tetapi rancanganNya selalu membawa damai sejahtra bagimu.Jangan ragukan kuasaNYa" Aku tersentak. Ya... betul! Sekarang Ia sedang merancangkan yang terindah bagi cahaya hatiku. Amin.Amin. Ya Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar