"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

~ Menghitung Hari

Rabu, 2009 Januari 14

Sepekan, sejak kepulanganku dari Singapore, aku mengecek kembali kreatinin dan urea cahaya hatiku. Bak disambar petir di sian bolong, aku terhenyak kala hasil resultnya menunjukkan kenaikan yang signifikan. Kambali vonis dokter terngiang-ngiang di telingaku. Tak terasa air mataku jatuh meleleh, tak kuasa rasanya menghadapinya. Akankah vonis itu akan menjadi kenyataan? Aku takut, sungguh-sungguh takut. Dalam doa aku berseru : Tuhan, aku bukan ibu yang baik, aku telah gagal menjadi ibu bagi Maganta.Anak ini lahir atas kuasaMu yang sempurna. karena itu, aku menyerahkan semuanya kembali kepadaMu pula. Tetapi jika Engkau masih percaya padaku, beri kesempatan sekali lagi untuk merawat dan membesarkan anak yang Engkau titipkan padaku. Curahkanlah rahmat kesembuhanMu, Bapa agar kami dapat memuliakan NamaMu. Ampuni segala dosa dan kesalahanku. Kiranya tidak menjadi penghalang Engkau menyatakan cinta kasihMu baginya. Amin.

Sekarang. Tak terasa, kita sudah menginjakkan kaki di hari ke 14 tahun yang baru ini. 2 minggu serasa baru kemarin. Waktu begitu cepat berlalu. Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, hari demi hari, minggu berganti bulan dan seterusnya, dan seterusnya.

Aku merenung sejenak, menghitung hari-hari yang telah kulewati bersamanya. Dua bulan, dua minggu. Yah, dua bulan dua minggu sejak kepulanganku dari Singapore mendampinginya untuk kontrol. Masih terngiang-ngiang dengan jelas kesimpulan Prof bersama teamnya bahwa fungsi ginjal cahaya hatiku masih bertahan 6 bulan ke depan. Itupun jika kreatininnya stabil di kisaran 582-700 umol/L. Masih jelas angka-angka yang bertambah pada kretaininnya. Saat ini, dua bulan, dua Minggu tlah berlalu, masih tersisa waktu tiga bulan dua Minggu. Entah apa yang akan terjadi, aku tidak tahu. Yang kutahu hanyalah, Tuhan masih sedang merajutku bersama cahaya hatiku melalui pergumulan ini. Dan aku yakin, Dia tidak membiarkanku sendirian menghadapinya. Pada waktuNya pula, Ia pasti menyatakan kesembuhan baginya. Asa

4 komentar:

Anonim mengatakan...

mbak titi yang baik,

saya tertegun membaca tulisan mbak. sejujurnya kita memang tidak memiliki hak dan kuasa atas diri kita. itu punya DIA yang diatas. kita hanya diberikan hak mengelola apa yang ada dalam diri kita.

saya terharu sekaligus tertegur dengan semangat mbak untuk selalu menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk melakukan yang terbaik. semangat seperti inilah yang akan menjadi api, dan akan memberikan cahaya kehidupan bagi orang-orang sekeliling mbak.

saya tertempelak oleh tulisan mbak, karena saya sering mengabaikan kesempatan untuk mencintai orang lain dengan baik. padahal waktu adalah kairos (=kesempatan), yang tidak mungkin muncul kembali.

mbak titi yang baik,

dalam segala pergulatan hidup yang mbak hadapi, yakinlah bahwa maksud di balik peristiwa itu semua adalah mulia adanya. DIA punya rencana yang agung dan indah. dibalik awan yang tebal, ada matahari. sehabis hujan, tampak pelangi.

saya telah melewati kesulitan-kesulitan hidup dalam keluarga saya selama bertahun-tahun. tidak mudah untuk diceritakan. namun saya belajar banyak hal tentang kehidupan.

semoga mbak titi mampu mengambil hikmah dari semuanya. tetap mampu melihat Cahaya Agung yang ada diatas, yang tetap memancarkan kasih dan perhatian yang tidak habis-habisnya kepada kita.

salam,
sigit

Titi Yuliaty Mangape mengatakan...

Trimakasih Sigit, untuk setiap dukungan, doa dan motivasinya. Semoga kasih dan rahmatNya tetap melingkupi kita semua untuk terus berkarya dalam situasi hidup apapun yang kita hadapi, tuhan memberkati.

Salam kasih dalam Tuhan
Titi

RWM Boong Bethony mengatakan...

Shalo mbak Titi.
Kiranya Damai dan Kasih Tuhan selalu menyertai mbak beserta keluarga.
Membaca curahan hati juga rasa yang terbungkus dalam iman membuat saya senang membaca tulisan anda.
Hidup kita memang bukan milik kita. Termasuk orang-orang yang dekat (suami, anak-anak, orang tua) itu terbukti bahwa segala sesuatu yang terjadi pada mereka (orang-orang dekat kita) kitak tak pernah mengetahui, kecuali sudah terjadi.
Hidup milik Tuhan, termasuk hidup mereka yang dekat kita.
Yang bisa kita perbuat adalah, mencurahkan kasih sayang pada mereka selagi ada kesempatan.
Tuhan Yesus selalu berpesan pada setiap muridnya, bahwa kasih hanya dapat dilakukan ketika kehidupan masih dititip Tuhan pada kita.
Saya dapat itu dari posting mbak Titi.
Jangan menyerah, sebab kasih itu memberi hidup, memberi kesembuhan, kasih itu obat.

Cheers.
Roberth W Maarthin

Titi Yuliaty Mangape mengatakan...

Hi oom Robert, akhirnya ada juga seniorku yg meninggalkan pesan bagiku.Trimakasih atas dukungannya. Sekarang melayani di mana? masih suka "ngamen"?. Jangan bosan2 kunjungi blogku ya. GB-us

Posting Komentar