"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

~ Temu Kangen Masyarakat Toraja di Makassar

Hari Rabu tanggal 11 Februari 2009, bertempat di Ball Room - Makassar Golden Hotel diadakan :"Temu Kangen/Sitammu Mali' Masyarakat Toraja 2009" yang dihadiri oleh kurang lebih 200 orang Toraja, khususnya yang berdomisili di Makassar walaupun ada juga yang datang dari Jakarta, Toraja dan beberapa daerah lain. Tak lepas dari Sitammu Mali' alias kangen-kangenan, moment yang jarang-jarang terjadi ini pada intinya mensyukuri kasih dan rahmat Tuhan. Terlebih lagi bahwa di "awal" tahun ini, Dia pun berkenan "mengutus" seorang putra daerah Bpk Irjen Polisi Mathius Salempang menjadi perpanjangan tanganNya di jajaran kepolisian RI sebagai KAPOLDA SULSELBARA.

Prof. Dr. Randanan Bandaso' sebagai penginisiatif acara bersama Dr. Daniel Sampepajung, mengawali sepatah katanya dengan Dji Sam Soe. Dji Sam Soe, yang identik dengan angka 234 itu, diartikan oleh beliau sebagai berikut: dibutuhkan 2 jam persiapan, 3 menit presentasi dan 4 jam sakit belakang. (tentu saja ini berdasarkan hasil survei dan pengalaman beliau sendiri). Karena itu beliau memang hanya menyampaikan 3 hal pokok, yang semuanya adalah permintaan maaf. "Tidak ada lelang dan tidak ada permohonan donatur untuk pembangunan gedung gereja," demikian ditambahkannya. Rupa-rupanya hal ini harus dipertegas agar para tetamu tidak kuatir kena "Dor" untuk menyumbang. Harap maklum di kalangan masyarakat Toraja beliau berdua ini memang dikenal sebagai "peminta-minta berdasi" bagi pembangunan gedung Gereja Toraja Jemaat Bawakaraeng.

Sebagai penggagas acara, Komjend Ismerda Lebang, yg juga memprakarsai "Toraja Mamali'",beberapa waktu yang lalu ditandai dengan berdirinya Monumen Juang di Makale saat ini, memberi arahan dan nasehat bagi semua yang hadir . Pada intinya berisi seruan untuk saling mendukung satu dengan yang lain lewat doa, sikap dan perilaku. Bukan untuk saling menjatuhkan. Sehingga kehadiran kita menjadi kehadiran yang bermakna.
Secara pribadi saya melihat, seruan ini sebagai suatu ungkapan yang singkat, tetapi sarat makna. Semoga semua yang hadir memahaminya juga seperti itu.

Bapak KAPOLDA sendiri, hadir agak terlambat, oleh karena sebelumnya harus mengikuti HPI. Sekalipun demikian, hadirin tetap setia mendengar ungkapan hatinya saat beliau diberi kesempatan untuk menyampaikan hal itu.
Yang menarik bagi saya ialah ketika dengan penuh kerendahan hati beliau berkata: "Masih banyak orang lain yang punya kelebihan dan kepintaran di atas saya. Senior saya, teman-teman saya, adik-adik saya dan lain-lain, akan tetapi mengapa saya? Semata2 saya pahami karena Tuhan berkenan untuk itu. Sekiranya mungkin saya ingin seperti Gideon yang diutus, dipimpin dan diberi janji keberhasilan oleh Dia dalam melaksanakan tugasnya."

Rasa hormat kepada para "pendahulunya" dinyatakannya pula lewat ungkapan terimakasih kepada Bapak Sallebayu Palinggi' dan Bapak Ismerda Lebang yang menurut beliau berperan penting dalam kariernya. Selain kedua orang di atas, menurut hemat saya, ada 2 tangan halus perempuan yang tidak kalah penting memberi sumbangsih yang sangat berarti dalam hidup beliau yakni istri dan ibunya. Di balik tangan-tangan halus itu, ada tangan yang lebih besar dan lebih berkuasa yang merenda dan merajut beliau sampai saat ini. Tangan yang sering kali tak terlihat dengan kasat mata tetapi terselami hanya dengan mata iman. Tangan yang sama, yang sudah mengutus, memimpin dan memberi keberhasilan kepada Gideon.

Menarik menyimak pidato beliau ketika dilantik di Jakarta, sehari sebelumnya. Dengan tegas dan tandas beliau mengatakan trimakasih atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepadanya sebagai putra Sulawesi Selatan yang lahir dan besar di Sulawesi Selatan untuk mengabdi kembali di Sulawesi Selatan. Mungkin anda bertanya, mengapa Sulawesi Selatan tak digantinya saja dengan Toraja? Bukankah ia memang lahir dan besar di sana?
Tentulah beliau sudah memahami dengan sungguh bahwa tanggungjawab yang diembannya bukan hanya untuk sekelompok atau segolongan tertentu orang saja, melainkan seluruh masyarakat Sulawesi Selatan dan Barat. Tidak pandang suku, agama, pendidikan dan latar belakang lainnya.


Suatu komitmen yang luar biasa dibangun diawal masa jabatannya. Dapatkah itu terlaksana? Meminjam slogan Oom Obama "Yes, we can." Asalkan ada kebersamaan, kemauan, kerja keras dan kepercayaan dari semua pihak, kapanpun dan dimanapun.
Sebagai bagian dari masyarakat Sulselbara pada umumnya, dan orang Toraja khususnya, tentu saja saya berbangga.


Malam semakin larut, para tetamu harus kembali ke tengah-tengah kesibukannya. Suka tidak suka acara harus ditutup. Tepat pukul 10.30 malam waktu MGH, doa penutup dipanjatkan. Penginisiatif bersama "krunya" berpose sejenak. Kesempatan ini tentu saja tak disia-siakan oleh penulis. Ups, legah rasanya. Waktu 3 hari yang diberikan untuk mengemas acara ini dapat berjalan dengan baik. Thanks God.

Kepada Bpk Irjen Polisi Mathius Salempang, terucap Selamat dan sukses dalam jabatan baru sebagai KAPOLDA SULSELBARA . Teriring doa kami untuk bapak dalam karya dan kerja; jerih dan juang. Semoga tangan kuasaNya tetap memimpin bapak dalam membawa warna baru di daerah tercinta ini. Bravo!

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Buat Kapolda SULSELBARA, selamat berkarya dan menjadi berkat buat SULSELBARA.

Posting Komentar