"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

~ "Kopi Tiam"

By : Titi Yuliaty

Menunggu result dari Mr. TB yang berjam-jam lamanya sangatlah membosankan bagiku. Untuk menghilangkan rasa jenuh ini, tempat favorit yang selalu yang selalu kukunjungi adalah bangku taman NUH dan food court Kopi Tiam.
Di bangku taman, aku bisa menghirup udara dan bau segar kembang. Mendengarkan gemerisik dedaunan yang bergoyang meliuk-liuk dihembus angin semilir. Laksana symponi yang indah mengalun dalam kalbu tatkala ditimpahi cicit burung yang berterbangan dengan bebasnya, tanpa merasa takut dikejar-kejar manusia. Aku teringat kata captku,” burung-burung dan tumbuhan pun merasa aman di sini, apalagi manusia.” Terkadang aku berkhayal, andai manusia bisa “bebas” berekspressi seperti mereka.

Di food court Kopi Tiam, aku bisamenyaksikan banyak hal. Sembari menikmati sajian khas breakfast Singapore yakni secangkir kopi hitam, 2 btr telur setengah matang dan setangkup roti bakar yang diisi selai kaya, aku bisa menarik pembelajaran berharga menyangkut Human Relation.

Suatu ketika aku menyaksikan hubungan kasih yang luar biasa antara saudara bersaudara di usia senja. Kupikir keduanya pastilah single parent. Beberapa kali aku berjumpa dengan mereka. Si sakit biasanya duduk dengan kursi rodanya di depan meja makan, sedangkan si abang antri untuk membelikan makanan kesukaan sang adik. Memotivasi dan saling menguatkan serta menghiburkan di usia senja, itulah pembelajaran berharga yang bisa kupetik dari mereka.

Kali lain, aku melihat seorang ibu bersama putranya yang duduk dalam kereta dorongnya, tak bisa bergerak jikalau tidak dibantu (sangat banyak keterbatasan fisiknya), namun dengan penuh cinta dan kasih si ibu tetap tersenyum, menyapa dan mengajaknya bercanda. Si anak menyambutnya dengan senyum dan gumaman yang tidak jelas. Aku tahu lewat sorot matanya, si ibu menahan kepedihan yang luar biasa, akan tetapi demi si buah hati, dikuat-kuatkannya dirinya agar tidak "ambruk". Betul kata pepatah “Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang penggala.” Aku terpekur.

Hari ini, aku kembali menyaksikan hubungan cinta kasih 2 sejoli di masa tuanya. Si istri didorong suaminya di kursi rodanya, disuapinya dengan penuh kasih. Jika masih ada makanan yang tersisah, dengan lahap sang suami menghabiskannya. Akh, hubungan yang indah sampai kakek-nenek. Kuberharap kelak jika Tuhan berkenan memberiku usia seperti mereka, captku pun kan melakukan hal yang sama. Kutinggalkan tempat ini dengan seulas senyum dan setumpuk pembelajaran berharga.
Selalu ada asa.

Oh ya, satu hal lagi yang hampir kulupakan, rasa saling menghargai di tempat ini amatlah tinggi. Ketika “berbelanja”, setiap orang entah dokter, perawat, tukang taman, petinggi atau pengunjung lainnya akan tertib mengantri, menunggu giliran. Tak ada saling dorong- mendorong, sikut sana, sikut sini apalagi yang menerobos. Semua tertib, aman dan lancar. Pemandangan yang jarang kusaksikan di "tempatku".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar