"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

~ Catatan harian 2

Holland village-home stay
By : Titi Yuliaty

28 Juni ‘08
Pagi ini, capt kembali ke Indonesia. Pukul 08.00 waktu setempat berangkat dari rumah. Tinggallah kami bertiga di negeri orang. tak ada kawan, tak ada saudara.

29 Juni ‘08
07.00
Hari Sabat. Aku terbangun mendengar dering telepon. Ternyata capt. Sekedar memberitahukan bahwa ia sudah di bandara Hasanuddin untuk berangkat ke tempat kerja. Aku turun ke lantai satu melakukan rutinitas harian. Kuambil sapu, kubersihkan seluruh ruangan dan kupel. Ah, akhirnya selesai juga. Sekarang aku membuat sarapan bagi kedua cahaya hatiku. Setangkup roti bakar dan sepiring nasi goreng. Yummy.
09.00
Kedua cahaya hatiku makan pagi. Sesudah minum obat, mereka menonton film kartun. Aku melanjutkan pekerjaan rumah yang lain: menyetrika dan menyiapkan makan siang.
13.00
Makan siang sudah tersaji. Sebagaimana pesanan mereka, aku menyiapkan oseng-oseng buncis, ikan sambal dan ayam goreng. Mereka makan dengan lahap. Masakanku ludes dan tandas. Senang melihat hasil karya dihargai,
14.00
Ibu Ross datang bersama suaminya untuk membersihkan rumah. Beberapa catatan-catatan kecil diberikan kepadaku
14.30
Ke gereja berbahasa Indonesia di Orchad Plaza. Sekalipun terlambat, aku menikmati,

persekutuan ini. Akhirnya aku dapat bersekutu lagi dengan sesama saudara seiman di negeri orang. Belakangan aku tahu ini adalah GPO (Gereja Presbyterian Orchad), jemaat berbahasa Indonesia


19.00 Makan malam
22.30
Rehat

30 Juni ‘08
12.15
Apoitmen dengan Prof. Cahaya hatiku sudah mulai bersahabat denga Mr. TB, terlebih karena sekarang Mr. TB ditemani oleh Ms Emla. Hari ini mereka kembali melakukan tugasnya dan cahaya hatiku menyodorkan tangannya dengan sukarela. Tak ada lagi “kekacauan”. Ah, legah rasanya.
16.00
Result dari Mr. TB tidak menggembirakan. Kreatinin dan ureumnya sangat tinggi. Dari uraian Prof. yang “berhasil” kusimak, ditambah dengan pejelasan sulungku, ternyata fungsi ginjal cahaya hatiku tinggal 10 %. Kedua ginjalnya mengalami implammation kronik. Satu-satunya solusi yang terbaik menurut Prof, jika ureum dan kreatininnya tidak beranjak turun adalah transplantasi.
Nyerih dada ini mendengarnya, tapi apa daya, aku tak tahu mau berbuat apa. Aku pulang bersama kedua cahaya hatiku tanpa banyak kata. Kucoba mengalihkan perhatian, tapi aku tak sanggup. Kuingin berbagi, tetapi aku tidak tahu kepada siapa. Tak mungkin aku menyampaikan pergumulan ini kepada capt yang baru sehari di Makasar. Terlintas dalam benakku sahabat belenkku, tetapi ah tak etis rasanya jika aku membebaninya, dikala ia asyik menikmati liburannya. Beberapa kali memang, aku mengirim berita via sms kepadanya, namun tak satupun dibalasnya. Pikirku, mungkin ia lagi tak ingin direcokin.


Malam ini, aku bergumul sendirian. Tak seorangpun mengingatku, tak seorangpun menyapaku walau via sms sekalipun. Terngiang-ngiang di telingaku kata dokter tentang transplantasi. Harapanku hanya satu, ginjalku ini akan kuberikan padanya, andai mungkin. Berat sekali, sesak rasanya .

Kutatap kedua cahaya hatiku dalam kelelapan mereka. Kutumpahkan semua airmataku. Aku merintih dalam kepedihan. Melalui doa kuberseru kepadaNya: "Tuhanku tolonglah aku yang lemah ini. Jikalau transplantasi, adalah jalan terbaik menurutMu, jadikan aku siap berbagi ginjal dengannya. Beri kekuatan kepadaku dalam menjalani padang gurun kehidupan ini. Amin."
Kututup tirai jendela kamarku, kurebahkan diriku, berharap esok hari, kala aku menikmati aurima pagi, ada asa baru dalam hidupku.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar