"Pergumulan tidak akan pernah sirna, akan tetapi HARAPAN selalu menguatkan manusia untuk menata hidup yang lebih baik."

Terimakasih atas kunjungan anda.

Halaman

~ Curahan Hati

Tiga bulan lebih, semenjak cahaya hatiku menderita sakit, sebagai publisher aku tak pernah lagi meng- up - date blogspotku ini. Sesungguhnya aku ingin melakukannya, namun karena keterbatasan waktu, baru hari ini aku dapat melakukannya. Curahan isi hatiku selama mendampinginya dalam perawatan, akan menjadi warna baru dalam blogspot ini.
Selamat membaca

“Gagal ginjal kronik”, demikian vonis dokter ketika melihat hasil pemeriksaan laboratorium cahaya hatiku . Bagai disambar petir di siang bolong, aku tertegun. Seluruh persendianku terasa lemas. Dunia sekelilingku pun seakan menjadi gelap. Dengan menahan sekuat hati agar butiran air mataku tidak jatuh, lirih aku bertanya, “Masih ada harapan Prof?” “Masih perlu obserevasi lebih lanjut, akan tetapi melihat kreatininnya 8,75mg/dL dan ureumnya 101,3 mg/dL, sepertinya hal ini sudah berlangsung lama,” demikian kata beliau. Hatiku bertambah galau. Aku membathin, “Ya Tuhan mengapa harus dia?” “Mengapa aku tdk tanggap?” “Mengapa aku terlambat?” “Mengapa pemeriksaan laboratorium baru kulakukan sekarang?” Beruntun “mengapa” yang lain menyusul berputar-putar di kepalaku.
Tak pernah terlintas dalam benakku bahwa putra keduaku ini akan divonis “gagal ginjal”. Keceriaannya setiap waktu dan berat badannya yang 45 kg di usia yang masih sangat mudah (9 thn 7 bulan) seakan-akan menutupi keganjilan ini.

Pikiraanku menerawang, mencoba mengingat kembali apa yang terjadi dengan cahya hatiku belakangan ini, tetapi tak satupun dapat menolong. Yang hanya mampu kuingat ialah bahwa sudah 3 bulan ini, ia mulai malas makan. Menurutnya, ia ingin mengatur sendiri pola makannya. Mulanya kupikir itu hal yang bagus, bukankah selama ini aku selalu mengingatkannya untuk tidak terlalu banyak makan sebab berat badannya yg 45 kg di usia 9 thn itu diatas BB normal anak seumurnya, namun tak digubrisnya? Sekarang ia sendiri yang ingin mengatur pola makannya, tentu melegahkan hatiku. Akan tetapi lama-kelamaan setelah kuperhatikan, rasanya ada yang salah, aku lalu membawanya ke dokter anak langganan kami tetapi kata beliau tidak apa-apa, tak ada yang mengkwatirkan. Rasa penasaran memaksaku untuk membawanya lagi ke dokter anak yg lain sekedar mencari second opinion tetapi juga kata beliau hanya alergi biasa. Akhirnya aku membawanya ke dokter THT dan menurut pemeriksaan beliau, ternyata memang tonsilnya membengkak. Setelah diobati akhirnya sembuh, namun nafsu makannya tetap kurang. Bahkan kaki dan lengannya mulai kaku-kaku dan keram. Ketika gejala itu datang ia memukul-mukulkannya pada benda-benda keras yang terdekat dengannya sambil menangis. Atas saran seorang teman kami lalu membawanya ke dokter saraf anak dan dari dokter inilah kami diminta untuk pemeriksaan darah rutin. Di laboratorium, capt meminta agar fungsi ginjal dan fungsi hatinya juga diperiksa. Ternyata hasil pemeriksaan lab menunjukkan Hb dan kalsiumnya sangat rendah sedangkan ureum dan kreatininnya sangat tinggi.

Anganku kutarik lebih jauh lagi ke belakang dan satu per satu mulai kurunut. Saat ia masih di dalam kandunganku, tak ada yang terlalu mengkuatirkan kecuali mual-mual yg memang biasa dialami oleh ibu-ibu hamil. Ia lahir secara normal dengan BB 3,5 kg, agak lama di “pintu” dan agak lama pula tangisnya baru terdengar . Tidak merangkak tetapi hanya berguling-guling sampai usia 2 thn. Di usia yang sama, mulai belajar jalan. Sejak usia 4 tahun, rutin ke dokter mata karena mata silinder bawaan. Sering sakit perut ketika batita sampai tdk bisa tertidur. Selebihnya semua normal. Namun mengapa sekarang tiba-tiba kreatinin dan ureumnya melonjak tinggi, aku tak tahu. Adakah hubungannya dengan semua ini, akupun tak tahu.

Samar kudengar Prof berkata, “Besok pagi jam 08.00 ia sudah harus di Rumah Sakit, agar lebih cepat ditangani.” “Baik Prof!” jawabku. Dengan hati gundah kami kembali ke rumah. Sepanjang perjalanan,tak seorangpun yang bersuara, semua diam seribu bahasa. Sibuk dengan pikiran masing.
Telepon dari teman-teman KOMPAK ’08 untuk menghadiri pertemuan dengan KPPS dan beberapa dosen senior komunikasi dari Kampus Merahku di salah satu Rumah Makan tidak lagi kugubris. Pikiranku hanya berpusat pada satu titik saja, sekiranya mungkin malam segera berlalu dan aku dapat membawa cahaya hatiku ke Rumah Sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar